Kamis, 18 Januari 2024

MAKALAH TEORI KECERDASAN MAJEMUK

 

1

 
MAKALAH

TEORI KECERDASAN MAJEMUK

 

Diajukan Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Metodologi Pembelajaran SD”

 

Text Box: DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 MUHAMAD JUBAEDI R RENI INDRIANI
IRMA SULVIA FIRDA NOVIYANTI

SEMESTER : 1/B

Dosen Pengampu : TEGUH ARDIANTO M.Pd

Disusun oleh :

DESTI PURWALIAH

 

 

 

 

 

 

 

 

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) BABUNNAJAH

PROGRAM STUDI PGSD TAHUN AKADEMIK 2022

 

 

 

 

 

 

 

 



 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ―Teori Kecerdasan Majemuk‖.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca, dan kita semua tentang beserta penjelasannya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

 

Menes, 25 Desember 2023

 

 

 

 

 

Penyusun



BAB I PENDAHULUAN

 

 

 

A.        LATAR BELAKANG

Setiap manusia di dunia ini memiliki kemampuan untuk mengenali dunia di sekitarnya. Setiap manusia memandang dunia dengan cara yang berbeda-beda. Setidaknya ada tujuh cara mengetahui dunia menurut Gardner yang kemudian dilabelkan dengan tujuh intelegensi manusia. Namun dalam perkembangannya Gardner menambahkan kecerdasan naturalis, sehingga menjadi delapan macam kecerdasan majemuk. Perbedaan individu ada pada kekuatan intelegensi ini dan disebut sebagai profil intelegensi. Kombinasi intelegensi ini kemudian kita gunakan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.

Sebagai peserta didik kita dihadapkan pada banyak persoalan yang membutuhkan pemecahan yang tepat. Setiap peserta didik mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan kecerdasan yang dimiliknya. Selain memecahkan masalah, kecerdasan yang ada mampu menunjang proses pembelajaran dan mengetahui potensi diri. Namun dewasa ini banyak peserta didik yang tidak mengetahui tipe kecerdasan yang dimilikinya dan tidak tahu cara mengembangkan kecerdasan yang ia miliki. Makalah ini dibuat untuk membantu peserta didik mengenal apa itu kecerdasan majemuk dan bermacam kecerdasan lain yang ada di dalam kecerdasan majemuk. Serta berupaya membantu peserta didik agar mengetahui bagaimana cara meningkatkan dan menguasai kecerdasan yang lain.

 

 

B.        RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah

1.    Apakah yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk

2.    Apakah jenis- jenis kecerdasan majemuk

3.    Apakah perbedaan antara kecerdasan majemuk dan kesulitan belajar

4.    Bagaimana aplikasi kecerdasan majemuk pada pembelajaran

 


BAB II PEMBAHASAN

 

A.   Pengertian Kecerdasan Majemuk

Pandangan Howard Gardner dituangkan dalam buku Frames of Mind: The theory of multiple intelligences (1983). Dalam buku tersebut Gardner membahas teori multiple intelligences yang mengemukakan tujuh kecerdasan dasar pada diri manusia yang sangat bermanfaat dalam kehidupan (Gage & Berliner, 1991; Amstrong, 1994; Brualdi, 1996). Namun demikian pada tahun 1999, Howard Gardner mengembangkan teorinya dan menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu kecerdasan natural yang belum di sebutkan sebelumnya, sehingga teori kecerdasan majemuk menjadi 8 jenis kecerdasan (Christison dan Kennedy, 1999). Ada kemungkinan jumlah jenis kecerdasan ini terus bertambah jumlahnya karena Howard Gardner terus mengeksplorasi kemungkinan adanya tambahan jenis kecerdasan lain (Gardner, 1999).

Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996). Kebanyakan orang mengenalnya sebagai prediksi kesuksesan di sekolah— bakat bersekolah. Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk/ganda. Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual- spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.

B.    Jenis jenis Kecerdasan Majemuk

1)   Kecerdasan verbal-linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan berfikir dalam bentuk kata-kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan mengapresiasikan makna. Mengungkap kalimat dengan menggunakan kata yang tepat. Dengan demikian ada empat komponen dalam kecerdasan ini yakni: fonologis (kepekaan bunyi), sintaksis (struktur dan susunan kalimat), semantik (pemahaman tentang makna), dan pragmatika (kemampuan berbahasa untuk mencapai sasaran praktis).

2)   Kecerdasan logis-matematis

Kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik. Kecerdasan logis-matematis mencakup: perhitungan matematis; berfikir logis; pemecahan masalah; pertimbangan deduktif dan induktif; ketajaman akan pola- pola dan hubungan.

3)   Kecerdasan visual-spasial

Kemampuan berpikir secara visual, imajinatif dan kreatif, khususnya terhadap objek tiga dimensi.

Tanpa sadar sering mencorat-coret kertas ketika merasa jenuh dan senang melihat film, slide, atau foto.Senang bermain dengan bentuk dan ruang (rancang bangun) seperti puzzle dan balok ; Lebih mudah membaca gambar atau peta daripada teks ; Mampu memperkirakan jarak dengan baik ; Senang membandingkan benda;

Mempunyai perhatian yang tinggi terhadap detail; Suka melamun; Suka pada kegiatan seni.

4)   Kecerdasan kinestetik

Kemampuan menggunakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan dan menyelesaikan problem (Amstrong, 1994; Gardner, 1993; Lazear, 1991). Kemampuan untuk menggerakkan objek dan mengembangkan keterampilan motorik yang halus. Kecerdasan ini mencakup: keseimbangan; kelenturan; kegesitan; ketangkasan; kontrol; keanggunan; dan ketahanan dalam gerak tubuh.

5)   Kecerdasan musik

Stimulasi kecerdasan ini berpengaruh besar terhadap aspek kecerdasan lainnya, terutama logis, linguistik dan spasial (khusus dari musik klasik

Suka mendengerjan musik kapan saja dan di mana saja ; Dia suka mengoleksi CD atau kaset musik ; Dia juga suka bersenandung lagu di mana saja dan kapan saja, atau ; Dia bahkan bisa memainkan satu atau beberapa alat musik ; Dia bisa dengan mudah membedakan bunyi berbagai alat musik dalam suatu lagu ; Dia suka menonton konser musik atau film musikal ; Dia mengidolakan pemain musik atau penyanyi

6)   Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif.

Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain; pandai menjalin hubungan sosial; mampu mengetahui dan menggunakan berbagai cara saat berinteraksi; mampu merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku serta harapan orang lain; mampu bekerjasama dengan orang lain; pandai mempengaruhi orang lain; mau menerima dan memanfaatkan balikan orang lain.

7)   Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakannya dalam mengarahkan kehidupan sendiri.

8)   Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan tanaman, batu-batuan, binatang, dan artefak atau simbol- simbol budaya. Kecerdasan naturalis berkenaan dengan kemampuan mengamati dan merasakan bentuk-bentuk dan menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam.

 

C.     Kecerdasan Majemuk dan Kesulitan Belajar

Ada beberapa jenis atau macam kesulitan belajar, yaitu: learning disorder, learning difunction, slow learner, dan underachiever.

Learning disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan (Ross, 1974

Learning disfunction mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya abnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.

Pengertian underachiever mengacu pada siswa-siswa yang memiliki potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Sedangkan slow learner adalah siswa-siswa yang lambat dalam proses belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya bila dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak pada berbagai jenis manifestasi tingkah laku.

Gejala ini akan tampak dalam aspek-aspek motorik, konatif, kognitif, dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya.

Dari antara jenis kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar.

Misalnya:  ―kesulitan  membaca‖,  ―masalah  menggambar  lukisan‖,

―ketidakmampuan untuk bergaul dengan rekan di tempat kerja‖, ―tuli nada‖, ―rasa takut terhadap matematika‖, ―canggung bila berolahraga‖, dan seterusnya.

Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar ialah:

a.   Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b.   Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.

c.    Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, misalnya membolos datang terlambat, tidak mengerjakan tugas/PR, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau/enggan mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, dan tidak mau bekerja sama.

d.   Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira menghadapi situasi tertentu, misalnya menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal.

Burton mengemukakan bahwa siswa dapat dianggap mengalami kesulitan belajar bila menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya. Selanjutnya Burton mendefinisikan kegagalan belajar sebagai berikut:

a.         Siswa dikatakan gagal, bila dalam batas waktu tertentu dia tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level), misal minimal setiap mata pelajaran telah ditetapkan guru (criterion referenced).

b.   Siswa dikatakan gagal, jika ia tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, intelegensi, bakat) dia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai prestasi tersebut. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under-achiever.

c.   Siswa dikatakan gagal, bila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas- tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia siswa. Siswa ini dikategorikan dalam kelompok slow-learner.

d.    Siswa dikatakan gagal, jika dia tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya, siswa ini dapat digolongkan kepada slow-learner atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi pengulang (repeater).

Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar bila siswa tersebut tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam SKM (Standard KetuntasanMinimum) atau ukuran tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya dalam batas- batas waktu tertentu (seperti yang ditetapkan dalam silabus dan Satuan Acara Pembelajaran).

Patokan Gejala Kesulitan Belajar

Berdasarkan hal ini kriteria kesulitan belajar dapat ditetapkan berdasar empat hal, yaitu: (1) tujuan pendidikan, (2) kedudukan dalam kelompok, (3) perbandingan antara potensi dengan prestasi, dan (4) kepribadian

 

D.        Aplikasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran

1.    Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan bagi berbagai strategi pembelajaran yang dapat dengan mudah diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.

Strategi pembelajaran untuk kecerdasan intrapribadi dalah kegiatan satu menit refleksi, koneksi pribadi, pilihan waktu, saat-saat ekspresi emosi dan belajar mandiri. Adapun beberapa strategi pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi, klasifikasi dan organisasi, komparasi, pajan tumbuhan dan binatang, dan wisata alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).


BAB IV PENUTUP

 

Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996). Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk/ganda.

Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual- spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.

Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual- spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.

Prinsip-prinsip kecerdasan majemuk sebagaimana dikemukakan oleh Amstrong (1994) adalah sebagai berikut:

1.    Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan

2.      Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks

Teori kecerdasan majemuk menyajikan suatu model yang memaknai semua ketidakmampuan belajar yang dialami seseorang.

1.    Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Untuk merancang pembelajaran yang memuat kecerdasan majemuk dapat mengikuti tahap-tahap (Amstrong, 1994) sebagai berikut:

a.  Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang spesifik

b.  Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan majemuk

c.  Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan

d.  Curah Pendapat

e.  Pemilihan aktivitas yang layak

f.  Penetapan rencana pembelajaran

g.  Implementasi rencana pembelajaran


 

2.    Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk

Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan kepada para guru mengembangkan strategi pembelajaran yang relatif baru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara beberapa strategi pembelajaran pokok untuk setiap kecerdasan adalah sebagai berikut.

 

3.  Pengembangan penilaian (asesmen) berbasis kecerdasan majemuk Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran

yang memberikan kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan semua jenis kecerdasannya berdasarkan kelemahan dan kekuatannya.

Dalam keseluruhan sistem pembelajaran mutakhir (Contextual Teaching- learning), asesmen otentik memusatkan pada tujuan, meliputi hands-on learning, menghendaki pembuatan pola kerjasama dan kolaborasi, dan penggunaan higher order thinking.


DAFTAR PUSTAKA

 

Amstrong, T. 1994. Multiple intelligences in the classroom. Alexandria, Virginia: ASCD.

Amstrong, T, 1999. Seven Kinds of Smart: Alih bahasa T. Hermaya (2002).

Jakarta: Gramedia

Brualdi, A.C. 1996. Mutiple intelligences: Gardner’s theory. Washington DC: ERIC Clearinghouse and Evaluation.

Christison, M.A. dan Kennedy, D. 1999. Multiple intelligences: Theory in adult ESL. Washington DC: National Clearinghouse for ESL Literacy Education.

Gage, N. L. & Berliner, D. C. 1991. Educational Psychology. Boston; Hougton Mifflin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar