1
MAKALAH
TEORI KECERDASAN MAJEMUK
Diajukan Untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “Metodologi Pembelajaran SD”
Dosen Pengampu : TEGUH ARDIANTO M.Pd
Disusun oleh :
DESTI PURWALIAH
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU
PENDIDIKAN
(STKIP) BABUNNAJAH
PROGRAM STUDI PGSD TAHUN
AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul ―Teori Kecerdasan Majemuk‖.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada pembaca, dan kita semua tentang beserta penjelasannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.
Menes, 25 Desember
2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
B. Rumusan masalah.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A. Pengertian Kecerdasan.......................................................................... 2
B. Jenis – jenis Kecerdasan Majemuk...................................................... 2
C. Kecerdasan Majemuk dan Kesulitan Belajar......................................... 4
D. Aplikasi Kecerdasan Majemuk dalam
Pembelajaran............................. 6
BAB III PENUTUP........................................................................................ 7
A. Kesimpulan............................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Setiap manusia di dunia ini memiliki kemampuan untuk mengenali dunia di
sekitarnya. Setiap manusia memandang dunia dengan cara yang berbeda-beda.
Setidaknya ada tujuh cara mengetahui dunia menurut Gardner yang kemudian
dilabelkan dengan tujuh intelegensi manusia. Namun dalam perkembangannya
Gardner menambahkan kecerdasan naturalis, sehingga menjadi delapan macam
kecerdasan majemuk. Perbedaan individu ada pada kekuatan intelegensi ini dan
disebut sebagai profil intelegensi. Kombinasi intelegensi ini kemudian kita
gunakan untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
Sebagai peserta didik kita dihadapkan pada banyak persoalan yang
membutuhkan pemecahan yang tepat. Setiap peserta didik mampu menyelesaikan
masalah sesuai dengan kecerdasan yang dimiliknya. Selain memecahkan masalah,
kecerdasan yang ada mampu menunjang proses pembelajaran dan mengetahui potensi
diri. Namun dewasa ini banyak peserta didik yang tidak mengetahui tipe
kecerdasan yang dimilikinya dan tidak tahu cara mengembangkan kecerdasan yang
ia miliki. Makalah ini dibuat untuk membantu peserta didik mengenal apa itu
kecerdasan majemuk dan bermacam kecerdasan lain yang ada di dalam kecerdasan
majemuk. Serta berupaya membantu peserta didik agar mengetahui bagaimana cara
meningkatkan dan menguasai kecerdasan yang lain.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
1. Apakah yang dimaksud dengan
kecerdasan majemuk
2. Apakah jenis-
jenis kecerdasan majemuk
3. Apakah perbedaan antara kecerdasan
majemuk dan kesulitan belajar
4. Bagaimana aplikasi
kecerdasan majemuk pada pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kecerdasan Majemuk
Pandangan Howard Gardner dituangkan
dalam buku Frames of Mind: The theory of
multiple intelligences (1983). Dalam buku tersebut Gardner membahas teori multiple intelligences yang mengemukakan
tujuh kecerdasan dasar pada diri manusia yang sangat bermanfaat dalam kehidupan
(Gage & Berliner, 1991; Amstrong, 1994; Brualdi, 1996). Namun demikian pada
tahun 1999, Howard Gardner mengembangkan teorinya dan menambahkan satu
kecerdasan lagi yaitu kecerdasan natural yang belum di sebutkan sebelumnya,
sehingga teori kecerdasan majemuk
menjadi 8 jenis kecerdasan (Christison dan Kennedy, 1999). Ada kemungkinan
jumlah jenis kecerdasan ini terus bertambah jumlahnya karena Howard Gardner
terus mengeksplorasi kemungkinan adanya tambahan jenis kecerdasan lain
(Gardner, 1999).
Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan
masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong,
1994; McGrath & Noble, 1996). Kebanyakan orang mengenalnya sebagai prediksi
kesuksesan di sekolah— bakat bersekolah. Sementara kecerdasan sejati mencakup
berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk/ganda. Kecerdasan
majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam
yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan
jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-
spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
B. Jenis – jenis Kecerdasan Majemuk
1) Kecerdasan verbal-linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah
kemampuan berfikir dalam bentuk kata-kata secara efektif
baik secara lisan
maupun tulisan dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan mengapresiasikan makna. Mengungkap kalimat dengan menggunakan kata yang
tepat. Dengan demikian ada empat komponen dalam kecerdasan ini yakni: fonologis (kepekaan bunyi), sintaksis (struktur dan susunan
kalimat), semantik (pemahaman tentang
makna), dan pragmatika (kemampuan
berbahasa untuk mencapai sasaran praktis).
2) Kecerdasan logis-matematis
Kemampuan menggunakan angka secara
efektif dan penalaran secara baik. Kecerdasan logis-matematis mencakup:
perhitungan matematis; berfikir logis; pemecahan masalah; pertimbangan deduktif
dan induktif; ketajaman akan pola- pola dan hubungan.
3)
Kecerdasan visual-spasial
Kemampuan berpikir secara visual,
imajinatif dan kreatif, khususnya terhadap objek tiga dimensi.
Tanpa sadar sering mencorat-coret kertas
ketika merasa jenuh dan senang melihat film, slide, atau foto.Senang bermain
dengan bentuk dan ruang (rancang bangun) seperti puzzle dan balok ; Lebih mudah membaca gambar atau
peta daripada teks ; Mampu
memperkirakan jarak dengan baik ; Senang
membandingkan benda;
Mempunyai perhatian yang tinggi terhadap detail;
Suka melamun; Suka pada
kegiatan seni.
4) Kecerdasan kinestetik
Kemampuan menggunakan badan untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan dan menyelesaikan problem (Amstrong, 1994;
Gardner, 1993; Lazear, 1991). Kemampuan untuk menggerakkan objek dan
mengembangkan keterampilan motorik yang halus. Kecerdasan ini mencakup:
keseimbangan; kelenturan; kegesitan; ketangkasan; kontrol; keanggunan; dan
ketahanan dalam gerak tubuh.
5) Kecerdasan musik
Stimulasi kecerdasan ini berpengaruh
besar terhadap aspek kecerdasan lainnya, terutama logis, linguistik dan spasial
(khusus dari musik klasik
Suka mendengerjan musik kapan saja dan
di mana saja ; Dia suka mengoleksi CD atau kaset musik ;
Dia juga suka bersenandung lagu di mana saja dan kapan saja, atau ; Dia bahkan
bisa memainkan satu atau beberapa
alat musik ; Dia bisa dengan
mudah membedakan bunyi berbagai alat musik dalam suatu lagu ; Dia suka menonton
konser musik atau film musikal ; Dia mengidolakan pemain musik atau penyanyi
6) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara
efektif.
Memiliki interaksi yang baik dengan
orang lain; pandai menjalin hubungan sosial;
mampu mengetahui dan menggunakan berbagai cara saat berinteraksi; mampu
merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku serta harapan orang lain; mampu
bekerjasama dengan orang lain; pandai mempengaruhi orang lain; mau menerima dan
memanfaatkan balikan orang lain.
7) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan
menggunakannya dalam mengarahkan kehidupan sendiri.
8) Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan
mengenali dan mengklasifikasikan tanaman, batu-batuan, binatang, dan artefak
atau simbol- simbol budaya. Kecerdasan naturalis berkenaan dengan kemampuan
mengamati dan merasakan bentuk-bentuk dan menghubungkan elemen-elemen yang ada
di alam.
C. Kecerdasan Majemuk dan Kesulitan Belajar
Ada beberapa jenis atau macam kesulitan belajar, yaitu: learning disorder,
learning difunction, slow learner, dan underachiever.
Learning
disorder adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan (Ross, 1974
Learning
disfunction mengacu kepada gejala dimana proses
belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan
adanya abnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan-gangguan
psikologis lainnya.
Pengertian underachiever mengacu pada siswa-siswa yang memiliki potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah. Sedangkan slow learner adalah
siswa-siswa yang lambat dalam proses belajarnya, sehingga siswa tersebut
memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya bila
dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu
gejala yang nampak pada berbagai jenis manifestasi tingkah laku.
Gejala
ini akan tampak dalam aspek-aspek motorik, konatif, kognitif, dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang
dicapainya.
Dari antara jenis kesulitan belajar
adalah ketidakmampuan belajar.
Misalnya: ―kesulitan membaca‖, ―masalah menggambar lukisan‖,
―ketidakmampuan untuk bergaul dengan rekan di tempat kerja‖, ―tuli nada‖, ―rasa takut terhadap matematika‖, ―canggung bila
berolahraga‖, dan seterusnya.
Beberapa ciri tingkah laku yang
merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar ialah:
a.
Menunjukkan
hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha
yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang selalu berusaha untuk belajar
dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
c.
Menunjukkan
tingkah laku yang berkelainan, misalnya membolos datang terlambat, tidak
mengerjakan tugas/PR, mengganggu di dalam dan di luar kelas, tidak mau/enggan mencatat pelajaran, tidak teratur
dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, dan tidak mau bekerja
sama.
d.
Menunjukkan
gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira menghadapi situasi tertentu, misalnya
menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal.
Burton mengemukakan bahwa siswa dapat
dianggap mengalami kesulitan belajar bila menunjukkan kegagalan tertentu dalam
mencapai tujuan belajarnya. Selanjutnya Burton mendefinisikan kegagalan belajar
sebagai berikut:
a.
Siswa dikatakan gagal, bila dalam batas waktu
tertentu dia tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan
(mastery level), misal minimal setiap
mata pelajaran telah ditetapkan guru (criterion
referenced).
b.
Siswa
dikatakan gagal, jika ia tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang
semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, intelegensi, bakat) dia
diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai prestasi tersebut. Siswa ini
dapat digolongkan ke dalam under-achiever.
c.
Siswa
dikatakan gagal, bila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas- tugas
perkembangan termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola organismiknya pada
fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia
siswa. Siswa ini dikategorikan dalam kelompok slow-learner.
d.
Siswa
dikatakan gagal, jika dia tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang
diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya,
siswa ini dapat digolongkan kepada slow-learner atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi
pengulang (repeater).
Dari keempat pengertian tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar bila
siswa tersebut tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi belajar tertentu
(berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam SKM
(Standard KetuntasanMinimum) atau ukuran
tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya dalam batas- batas
waktu tertentu (seperti yang ditetapkan dalam silabus dan Satuan Acara Pembelajaran).
Patokan Gejala Kesulitan Belajar
Berdasarkan hal ini kriteria kesulitan
belajar dapat ditetapkan berdasar empat hal, yaitu: (1) tujuan pendidikan, (2)
kedudukan dalam kelompok, (3) perbandingan antara potensi dengan prestasi, dan
(4) kepribadian
D.
Aplikasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran
1. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk memberikan
kesempatan bagi berbagai strategi
pembelajaran yang dapat dengan mudah diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran untuk kecerdasan
intrapribadi dalah kegiatan satu menit refleksi, koneksi
pribadi, pilihan waktu,
saat-saat ekspresi emosi
dan belajar mandiri. Adapun
beberapa strategi pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi,
klasifikasi dan organisasi, komparasi, pajan
tumbuhan dan binatang, dan wisata alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).
BAB
IV PENUTUP
Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan
masalah dan membuat suatu produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong,
1994; McGrath & Noble, 1996). Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai
keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupan—kecerdasan majemuk/ganda.
Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang
mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan
jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-
spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun silam yang
mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan
jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-
spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
Prinsip-prinsip kecerdasan majemuk
sebagaimana dikemukakan oleh Amstrong (1994) adalah sebagai berikut:
1. Setiap individu
memiliki semua jenis kecerdasan
2.
Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama
secara kompleks
Teori kecerdasan majemuk
menyajikan suatu model yang memaknai semua ketidakmampuan belajar yang
dialami seseorang.
1.
Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Untuk merancang pembelajaran yang memuat kecerdasan majemuk
dapat mengikuti tahap-tahap (Amstrong, 1994)
sebagai berikut:
a.
Penetapan suatu sasaran belajar
atau topik yang spesifik
b.
Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok
berkaitan dengan kecerdasan majemuk
c.
Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan
d.
Curah Pendapat
e.
Pemilihan aktivitas
yang layak
f. Penetapan rencana
pembelajaran
g.
Implementasi rencana
pembelajaran
2. Pengembangan Strategi
Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk memberikan
kesempatan kepada para guru mengembangkan strategi pembelajaran yang relatif
baru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara beberapa strategi pembelajaran
pokok untuk setiap kecerdasan adalah sebagai berikut.
3. Pengembangan penilaian (asesmen) berbasis kecerdasan majemuk Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk
adalah kegiatan pembelajaran
yang memberikan kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan
semua jenis kecerdasannya berdasarkan kelemahan dan kekuatannya.
Dalam keseluruhan sistem pembelajaran mutakhir (Contextual Teaching- learning), asesmen
otentik memusatkan pada tujuan, meliputi hands-on
learning, menghendaki pembuatan pola kerjasama dan kolaborasi, dan
penggunaan higher order thinking.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, T. 1994. Multiple intelligences in the classroom. Alexandria, Virginia:
ASCD.
Amstrong, T, 1999. Seven Kinds
of Smart: Alih bahasa T. Hermaya (2002).
Jakarta: Gramedia
Brualdi, A.C. 1996.
Mutiple intelligences: Gardner’s theory. Washington DC: ERIC
Clearinghouse and Evaluation.
Christison, M.A. dan Kennedy, D. 1999. Multiple intelligences: Theory in adult ESL. Washington DC: National
Clearinghouse for ESL Literacy Education.
Gage, N. L. & Berliner, D. C. 1991. Educational Psychology. Boston; Hougton Mifflin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar