Kamis, 18 Januari 2024

MAKALAH SEJARAH KERAJAAN CIREBON

 


MAKALAH

SEJARAH KERAJAAN CIREBON

 

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran

“SKI”

 

                                             Guru Mapel: Sopian Alawi,S.Pd               

 

Description: D:\pps\dfydft.jpg

 

Disusun Oleh:

Kelompok: 3

 

v  RAHMA ANGGRAENI

v  ROHMAN

v  RIVALDI

v  INDAH AYU FITRIANI

v  ST. ROBIATUL ADAWIAH

 

 

 

 

MADRASAH TSANAWIYAH AN-NADWAH

TAHUN PELAJARAN

2023/2024


 



KATA PENGANTAR

 

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah tentang “Sejarah Kerajaan Cirebon” ini manfaatnya untuk kami dan para pembaca semuanya.

Makalah Sejarah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah sejarah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah sejarah tentang kerajaan Demak ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

 

 

 

Cigandeng, 04 November 2023

 

 

 

Penyususn

 

 

                                                                                       

 


 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

A.    Latar Belakang.............................................................................................. 1

B.     Rumusan Masalah......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2

A.    Berdirinya Kerajaan Cirebon........................................................................ 2

B.     Perkembangan Kerajaan Cirebon.................................................................. 2

C.     Kemajuan Kerajaan Cirebon......................................................................... 4

D.    Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Cirebon......................................... 5

BAB III PENUTUP................................................................................................ 8

A.    Kesimpulan................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 9

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam sejarah Indonesia ada dua kerajaan islam sebagai penonggak sejarah ajaran islam di daerah pulau jawa, yaitu kerajaan Demak sebagai penguasa saat itu dan kerajaan Cirebon serta kerajaan Banten sebagai pembantu untuk menyebarkan ajaran-ajaran islam didaerah jawa bagian barat, atau tanah pasundan.

Banyak misteri tentang kerajaan Cirebon yang menurut banyak peneliti kerajaan Cirebon didirikan oleh Syarif Hidayatulloh karena pada masanya kerjaan Cirebon yang awalnya menjadi wilayah kekuasaan , dimana beliau adalah putra dari Nyai Rara Santang dan tidak salah lagi bahwa beliau adalah keturuan dari Prabu Siliwangi penguasa tanah pasundan, yang memberikan dengan memberikan sebagian wilayah kekuasaan di daerah Cirebon untuk didirikan pusat – pusat ajaran islam kepada anaknya.

Adapun penulisan dan penyusunan makalah kerajaan Cirebon ini merupakan suatu tugas yang diberikan secara berkelompok, semoga dengan makalah ini dapat membantu untuk sedikit memahami mengenai kerajaan Cirebon dan besar harapan kami akan adanya suatu kritik yang membangun yang dapat membantu meningkatkan lagi khazanah keilmuan kami.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Cirebon ?

2.      Bagaimana Perkembangan Kerajaan Cirebon ?

3.      Bagaimana Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Cirebon ?

 

 

 

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Berdirinya Kerajaan Cirebon

Menurut Sulendraningrat berdasar naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon  adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa, yang  berkembang menjadi sebuah desa yang ramai dan diberi nama Caruban (Bahasa Sunda: campuran), karena di sana bercampur para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, dan mata pencaharian yang berbeda-beda untuk bertempat tinggal atau berdagang.

Pada awalnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai serta pembuatan terasi, petis, dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi (belendrang) dan dari udang rebon inilah berkembanglah sebutan cai-rebon (Bahasa Sunda:, air rebon) yang kemudian menjadi Cirebon.

Cirebon didirikan pada 1 Sura 1445 M, oleh Pangeran Cakrabuana. Pada tahun 1479 M Pangeran Cakrabuana sebagai penguasa Cirebon yang bertempat di kraton Pakungwati Cirebon menyerahkan kekuasaannya pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati adalah seorang menantu Pangeran Cakrabuana dari ibu Ratu Mas Rara santang. Sejak inilah Cirebon menjadi negara merdeka dan bercorak Islam. Sebelum berdirinya kekuasaan politik Islam di bawah kekuasaan Sunan Gunung Jati wilayah Cirebon dibagi menjadi dua daerah, pesisir dan pedalaman. Daerah pesisir dipimpin oleh Ki Gedeng Jumajan Jati, sedangkan wilayah pedalaman dipimpin oleh Ki Gedeng Kasmaya.1

 

B.     Perkembangan Kerajaan Cirebon

Pada tahun 1479 M, kedudukan Cakrabuana digantikan oleh keponakannya. Keponakan Cakrabuana tersebut merupakan buah perkawinan antara adik cakrabuana, yakni Nyai Rarasantang, dengan Syarif Abdullah dari Mesir.

Keponakan Cakrabuana itulah yang bernama Syarif Hidayatullah (1448 – 1568 M). Setelah wafat, Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama sunan Gunung Jati, atau juga bergelar ingkang Sinuhun Kanjeng Jati Purba Penetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.

Pertumbuhan dan perkembangan kesultanan Cirebon yang pesat dimulai oleh syarif Hidayatullah. Ia kemudian diyakini sebagai pendiri dinasti kesultanan cirebon dan banten, serta menyebar islam di majalengka, Kuningan, kawali Galuh, Sunda Kelapa, dan Banten. Setelah Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan tertinggi kerajaan Islam cirebon. Pada mulanya, calon kuat penggantinya adlah pangeran Dipati Carbon, Putra Pengeran Pasarean, cucu syarif hidayatullah. Namun, Pangeran Dipati Carbon meninggal lebuh dahulu pada tahun 1565.

Kosongnya kekuasaan itu kemudian diisi dengan mengukuhkan pejabat istana yang memegang kendali pemerintahan selama syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati melaksanakan Dakwah. Pejabat tersebut adalah Fatahillah atau Fadillah Khan. Fatahillah kemudian naik tahta, secara resmi menjadi sultan cirebon sejak tahun 1568.hanya dua tahun Fatahillah menduduki tahta Cirebon, karena ia meninggal pada 1570. Sepeninggal Fatahillah, tahta jatuh kepada cucu Sunan Gunung Jati, yaitu pangeran Emas. Pangeran emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I, dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun. Setelah panembahan ratu I meninggal pada tahun 1649, pemerintahan kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Karim, karena ayahnya yaitu Panembahan Adiningkusumah meninggal dunia terlebih dahulu. Selanjutnya, Pangeran Karim dikenal dengan sebutan Panembahan Ratu II atau Panembahan Girilaya.

Pada masa pemerintahan Panembahan Girilaya, Cirebon terjepit di antara dua kekuatan, yaitu kekuatan Banten dan kekuatan Mataram. Banten curiga, sebab Cirebon dianggap mendekat ke Mataram. Di lain pihak, Mataram pun menuduh Cirebon tidak lagi sungguh-sungguh mendekatkan diri, karena panembahan Girilaya dan Sultan Ageng dari Banten adalah sama-sama keturunan pajajaran. Kondisi memuncak dengan meninggalnya Panembahan Girilaya saat berkunjung ke Kartasura.

Dengan kematian panembahan Ia lalu dimakamkan di bukit Girilaya, Yogyakarta, dengan posisi sejajar dengan makam Sultan Agung di Imogiri.Girilaya, terjadi kekosongan penguasa. Sultan Ageng Tirtayasa segera dinobatkan Pangeran Wangsakerta sebagai pengganti Panembahan Girilaya, atas tanggung jawab pihak Banten. Sultan Ageng Tirtayasa pun kemudian mengirimkan pasukan dan kapal perang untuk membantu Trunajaya, yang pada saat itu sedang memerangi Amangkurat I dari mataram. Dengan bantuan Trunajaya, maka kedua putra penembahan Girilaya yang ditahan akhirnya dapat dibebaskan, dan dibawa kembali ke Cirebon. Bersama satu lagi putra panembahan Girilaya, mereka kemudian dinobatkan sebagai penguasa kesultanan Cirebon. Panembahan Girilaya memiliki tiga putra, yaitu pangeran murtawijaya, pangeran Kartawijaya, dan pangeran wangsakerta.  Pergantian kepemimpinan para sultan di cirebon selanjutnya berjalan lancar, sampai pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798 – 1803).

 

C.    Kemajuan Kerajaan Cirebon

Saat itu terjadilah pepecahan karena salah seorang putranya, yaitu pangeran raja kanoman, ingin memisahkan diri membangun kesultanan sendiri dengan. Kemajuan Kerajaan Cirebon yang menonjol, yaitu :

1.      Bidang Ekonomi

Cirebon Sebagai Bandar Dagang karena Letak Cirebon yang strategis yaitu di daerah pesisir pantai Utara pulau Jawa. Cirebon sebagai pusat pelabuhan berfungsi sebagai sumber pendapatan ekonomi dan sebagai keluar –masuknya barang-barang kebutuhan pada masyarakat pedesaan, dengan luar daerah, maupun dari negeri lain. Perdagangan ini melalui dua jalur yaitu jalur darat dan jalur laut. Jalur darat biasanya dengan alat transportasi darat seperti dengan berkuda atau mengendarai gajah. Jalurnya dari Banyumas menuju Tegal, kemudian menuju Periangan.

Tiga wilayah pedalaman diandalkan sebagai penghasil bahan-bahan pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, padi. Sedangkan barang dagangan yang dibawa dari luar daerah yaitu : logam, besi, emas, perak, sutera, dan keramik. Barang-barang tersebut biasanya berasal dari Cina. Dalam transaksi perekonomian dan perdagangan Cina mempunyai peranan yang sangat besar karena barang-barang kebutuhan masyarakat dibawa oleh pedagang-pedagang dari Cina.

Mereka memakai sistem barter yang dimaksud barter disini yaitu barter uang dengan mempergunakan mata uang. Perdagangan Cirebon mengalami kemunduran karena adanya monopoli perdagangan dari kompeni Belanda.3

2.      Bidang Sastra

Adanya kegiatan mengarang nyanyian keagamaan Islam, yang disebut mistis yang bercorak mistis. Kemajuan yang sangat berarti terjadi pada masa Kepemimpinan Sunan Gunung  Jati, karena tercapainya sebagai berikut : 1. Telah terpenuhinya prasarana dan sarana fisik essensial pemerintahan dan ekonomi dalam ukuran suatu Kerajaan Pesisir. 2. Telah dikuasainya daerah-daerah belakang (hinterland) yang dapat diharapkan mensuplay bahan pangan termasuk daerah penghasil garam, daerah yang cukup berpengaruh bagi pemasukan negeri pesisir dengan luas yang memadai. 3. Telah adanya sejumlah pasukan lasykar dengan semangat yang tinggi, yang dipimpin oleh para panglima (dipati-dipati) yang cukup berwibawa dan bisa dipercaya loyalitasnya. 4. Adanya sejumlah penasehat-penasehat baik dibidang pemerintahan maupun agama. 5. Terjalinnya hubungan antar negara yang sangat erat antar Cirebon dengan Demak. 6. Mendapat dukungan penuh dari para wali. 7. Tidak terdapat indikasi tentang ancaman Prabu Siliwangi untuk menghancurkan eksistensi cirebon.5

 

D.    Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Cirebon

Dengan kematian Panembahan Girilaya, maka terjadi kekosongan penguasa. Pangeran Wangsakerta yang bertanggung jawab atas pemerintahan di Cirebon selama ayahnya tidak berada di tempat,khawatir atas nasib kedua kakaknya. Kemudian ia pergi ke Banten untuk meminta bantuan Sultan Ageng Tirtayasa (anak dari Pangeran Abu Maali yang tewas dalam Perang Pagarage), beliau mengiyakan permohonan tersebut karena melihat peluang untuk memperbaiki hubungan diplomatic Banten-Cirebon. Dengan bantuan Pemberontak Trunojoyo yang disupport oleh Sultan Ageng Tirtayasa, kedua Pangeran tersebut berhasil diselamatkan.

Namun rupanya, Sultan Ageng Tirtayasa melihat ada keuntungan lain dari bantuannya pada kerabatnya di Cirebon itu, maka ia mengangkat kedua Pangeran yang ia selamatkan sebagai Sultan,Pangeran Mertawijaya sebagai Sultan Kasepuhan & Pangeran Kertawijaya sebagai Sultan Kanoman,sedangkan Pangeran Wangsakerta yang telah bekerja keras selama 10 tahun lebih hanya diberi jabatan kecil, taktik pecah belah ini dilakukan untuk mencegah agar Cirebon tidak beraliansi lagi dengan Mataram.

Pembagian pertama terhadap Kesultanan Cirebon, dengan demikian terjadi pada masa penobatan tiga orang putra Panembahan Girilaya, yaitu Sultan Sepuh, Sultan Anom, dan Panembahan Cirebon pada tahun 1677. Ini merupakan babak baru bagi kerajaan Cirebon, dimana kesultanan terpecah menjadi tiga dan masing-masing berkuasa dan menurunkan para sultan berikutnya.

Dengan demikian, para penguasa Kesultanan Cirebon berikutnya adalah:

a.       Sultan Keraton Kasepuhan, Pangeran Martawijaya, dengan gelar Sultan Sepuh Abil Makarimi Muhammad Samsudin (1677-1703)

b.      Sultan Kanoman, Pangeran Kartawijaya, dengan gelar Sultan Anom Abil Makarimi Muhammad Badrudin (1677-1723)

c.       Pangeran Wangsakerta, sebagai Panembahan Cirebon dengan gelar Pangeran Abdul Kamil Muhammad Nasarudin atau Panembahan Tohpati (1677-1713).

Perubahan gelar dari Panembahan menjadi Sultan bagi dua putra tertua Pangeran Girilaya ini dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa, karena keduanya dilantik menjadi Sultan Cirebon di ibukota Banten. Sebagai sultan, mereka mempunyai wilayah kekuasaan penuh, rakyat, dan keraton masing-masing. Pangeran Wangsakerta tidak diangkat menjadi sultan melainkan hanya Panembahan. Ia tidak memiliki wilayah kekuasaan atau keraton sendiri, akan tetapi berdiri sebagai kaprabonan (paguron), yaitu tempat belajar para intelektual keraton. Dalam tradisi kesultanan di Cirebon, suksesi kekuasaan sejak tahun 1677 berlangsung sesuai dengan tradisi keraton, di mana seorang sultan akan menurunkan takhtanya kepada anak laki-laki tertua dari permaisurinya. Jika tidak ada, akan dicari cucu atau cicitnya. Jika terpaksa, maka orang lain yang dapat memangku jabatan itu sebagai pejabat sementara.

Sukses para sultan selanjutnya pada umumnya berjalan lancar, sampai pada masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798-1803), dimana terjadi perpecahan karena salah seorang putranya, yaitu Pangeran Raja Kanoman, ingin memisahkan diri membangun kesultanan sendiri dengan nama Kesultanan Kacirebonan.

Kehendak Pangeran Raja Kanoman didukung oleh pemerintah Kolonial Belanda dengan keluarnya besluit (Bahasa Belanda: surat keputusan) Gubernur-Jendral Hindia Belanda yang mengangkat Pangeran Raja Kanoman menjadi Sultan Carbon Kacirebonan tahun 1807 dengan pembatasan bahwa putra dan para penggantinya tidak berhak atas gelar sultan, cukup dengan gelar pangeran. Sejak itu di Kesultanan Cirebon bertambah satu penguasa lagi, yaitu Kesultanan Kacirebonan, pecahan dari Kesultanan Kanoman. Sementara tahta Sultan Kanoman V jatuh pada putra Sultan Anom IV yang lain bernama Sultan Anom Abusoleh Imamuddin (1803-1811).

Sesudah kejadian tersebut, pemerintah kolonial belanda pun semakin ikut campur dalam mengatur Cirebon, sehingga peranan istana-istana kesultanan Cirebon di wilayah-wilayah kekuasaannya semakin surut. Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 dan 1926, ketika kekuasaan pemerintahan kesultanan Cirebon secara resmi dihapuskan dengan pengesahan berdirinya Kota Cirebon.6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Islam masuk ke Cirebon pada abad 15, ajaran Islam ini dibawa Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan Syekh Idlofi Mahdi. Mereka menyebarkan agama Islam dengan berdakwah dan mendirikan pondok pesantren. Sunan Gunung Jati, mempunyai daerah penyebaran paling luas. Pada tahun 1498 Sunan Gunung Jati membangun Masjid Agung Cirebon dan dibantu oleh kedelapan para wali. Pada tahun 1568 Sunan Gunung Jati wafat dan beliau dimakamkan di pertamanan Gunung Jati.

Cirebon mulai mengalami kehancuran ketikaCirebon dibagi menjadi 3 kesultanan, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Kerato Kacirebonan. Sehingga kerajaan Cirebon menjadi terpecah-pecah. Disamping itu adanya perebutan kekuasaan sepeninggal Panembahan Gerilya pada tahun 1702. Adanya  campur tangan VOC dalam kerajaan yang mengadu domba mereka juga menjadi penyebab hancurnya kerejaan Cirebon.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Munzirin,Yusuf dkk. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia.Yogyakarta : Pustaka,2006.

Kartidirdjo,Sartono dkk. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900, Jilid 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

http://ridwanaz.com/islami/sejarah-islam/sejarah-agama-islam-di-indonesia-kerajaan-cirebon/

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar