MAKALAH
HUBUNGAN KARAKTER
DAN KEPRIBADIAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas kelompok
mata kuliah
“Pendidikan Karakter”
Dosen : Dr. H. ENCI. Z. M.Pd., MT
Disusun oleh:
1.
ADI AGUSTIAN
2.
MASFUFAH
3.
SRI HANDAYANI
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BABUNNAJAH MENES-PANDEGLANG
TAHUN AJARAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas makalah “hubungan karakter dan kepribadian” sebagai mana mestinya. Tak lupa pula kami
ucapkan banyak terima kasih terhadap pihak-pihak yang turut ikut andil dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekeliruan dan kekurangan dalam segi penyusunan dan sistematika penulisan yang
baik dan benar oleh karena itu kami selaku penyusun sangat berharap banyak
terhadap para pembaca agar memberi saran dan masukkan sehingga kami bisa
menyempurnakan kekurangan tersebut.
Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi kita semua terutama terhadap
tim penyusun.
Menes, 18 November 2023
Penyusun,
DAFTAR ISI
2.3 Konsep yang berhubungan dengan Kepribadian
2.4 Hubungan Karakter dan Kepribadian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini dunia pendidikan semakin tertantang untuk
menyiapkan siswa
maupun mahasiswa dalam
menghadapi globalisasi yang semakin meningkat, kemampuan penguasaan teknologi
dan berbagai keterampilan sesuai perkembangan jaman. Sebagai akibatnya,
diperlukan perubahan kurikulum. Pada saat yang sama, perhatian terhadap
permasalahan-permasalahan karakter juga harus dilakukan, mengingat berbagai
suguhan berita yang membuat kita terhenyak. Berbagai kasus seperti tindak
kekerasan remaja kepada sesama temannya, perkelahian antar siswa, menurunnya
rasa hormat anak pada orangtua dan gurunya, menurunnya rasa tanggung jawab,
meningkatnya ketidakjujuran, menurunnya moral, kasus bunuh diri, cyber bullying, dan sebagainya. Sungguh
menjadikan bahan pemikiran bagi dunia pendidikan kita
tidak lain hanya untuk menumbuhkan karakter yang baik namun diharapkan juga agar
hasil implementasi kepribadian yang tertuju pada lingkungan sosial juga baik.
Karakter
bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, tidak dapat diharapkan diberikan oleh
orangtua sebagai satu-satunya penyedia 'karakter baik', juga tidak dapat
'diajarkan' dari buku teks. Karakter dapat terbentuk oleh seseorang atau
sesuatu yang dipengaruhi oleh jumlah waktu interaksi dan konten interaksinya.
Semakin banyak waktu yang dihabiskan seorang anak dengan seseorang atau
sesuatu, maka akan semakin banyak mereka akan menyerap dan “dibentuk” oleh
seseorang atau sesuatu tersebut. “Sesuatu” tersebut dapat berupa TV, video
game, ponsel, iPad, atau lainnya. Ada banyak faktor penting yang terlibat dalam
pengembangan karakter seseorang, antara lain dari keluarga, komunitas dan
sekolah, dan lainnya.
Pendidikan
karakter telah lama diwacanakan dan dilaksanakan. Secara eksplisit, di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada Pasal 1 ayat 1, disebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.” Nampak bahwa ayat tersebut sarat dengan muatan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang
dapat menumbuhkan generasi muda yang etis, bertanggung jawab, dan peduli dengan
memberi contoh dan membelajarkan karakter.
.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakter dan
asesmennya
2. Bagaimana definisi kepribadian
3. Bagaimana hubungan karakter
dan kepribadian
1.3 Tujuan
1. Mengetahui karakter dan
asesmennya
2. Mengetahui definisi kepribadian
3. Mengetahui hubungan karakter
dan kepribadian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertia Karakter
Karakter
adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau ciri kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan berpikir,
bersikap, dan bertindak. Kebajikan bersumber dari sejumlah nilai,
moral, dan norma, yang diyakini kebenarannya yang terwujud dalam hubungan-hubungan
yang membangun interaksi antara manusia dengan Tuhannya, sesama manusia,
lingkungan hidupnya, bangsa dan negaranya, dan dengan dirinya sendiri.
Hubungan- hubungan itulah yang menimbulkan penilaian baik-buruknya karakter
seseorang
Karakter adalah "suatu kecenderungan dan minat aktif" yang
membuat seseorang "terbuka, siap dan senang terhadap tujuan tertentu atau berperasaan,
dingin, tidak mau tahu menahu terhadap orang lain". Karakter terdiri dari
seperangkat disposisi dan kebiasaan yang membentuk tindakan dengan cara yang
relatif tetap. Karakter adalah pendekatan umum seseoranag terhadap masalah dan
tanggung jawab kehidupan sosial, responsif terhadap dunia yang didukung oleh
reaksi emosional terhadap
kesusahan orang lain, perolehan keterampilan prososial, pengetahuan tentang konvensi sosial dan pembangunan
nilai-nilai pribadi; termasuk kapasitas untuk disiplin diri dan empati
2.2 Kepribadian
Istilah
kepribadian dalam bahasa inggris dinyatakan dengan personality. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani,
yaitu persona yang berarti
topeng dan personare
yang artinya menembus.istilah topeng berkenaan dengan
salah satu atribut yang digunakan oleh para pemain sandiwara pada zaman Yunani
Kuno. Dengan topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan yang
diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar
dalam arti dapat dipahami oleh para penonton. Kata kepribadian dalam kehidupan sehari-hari di gunakan untuk menggambarkan: (1) identitas
diri, contoh: “Saya seorang yang terbuka” atau “Saya seorang
pendiam”, (2) kesan umum
seseorang tentang diri anda atau orang lain, contoh “Dia agresif” atau “Dia
jujur”, dan fungsi-fungsi kepribadian sehat atau bermasalah, contoh: “Dia baik”
atau “Dia mendendam.”
Untuk
memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut di kemukakan beberapa
pengertian dari para ahli: Hall dan Lindzey mengemukakan bahwa secara populer,
kepribadian dapat di artikan sebagai: (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol,
yang di tunjukkan seseorang kepada orang lain. Selain itu Woodworth juga
mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “Kualitas tingkah laku total individu”. Sementara Dashiell mengartikannya sebagai
“Gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”. Derlega, Winstead
dan Jones mengartikannya sebagai “Sistem yang relative stabil mengenai
karakteristik individu yang bersifat internal, yang berkontribusi terhadap
pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang konsisten.”
2.3. Konsep yang berhubungan dengan Kepribadian
Konsep-konsep
kepribadian sebenarnya merupakan aspek-aspek atau komponen- komponen
kepribadian karena pembicaraan mengenai kepribadian senantiasa mencakup apa
saja yang ada di dalamnya, seperti karakter, sifat-sifat, dan lainnya.
Interaksi antara berbagai aspek tersebut kemudian terwujud sebagai kepribadian.
Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan
kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konsep yang berhubungan
dengan kepribadian diantaranya: 1) Character (Watak) ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan
kemauan sehingga orang tersebut bertindak. Yang dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang
menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh dan kukuh maka ia dinamakan
seseorang yang berwatak atau sebaliknya
Menurut
Sumadi
Secara arti deskriptif watak menurut Allport
bahwa “Character is personality evaluated, and personality is character devaluated”. Menurutnya kepribadian dan watak
adalah satu dan sama, tetapi dipandang dari segi yang berlainan. Apabila orang
akan mengenakan norma-norma, yang berarti mengadakan penilaian lebih tepat dipergunakan istilah “watak”. Apabila
tidak mengadakan penilaian sehingga menggambarkan apa adanya, dipakai istilah
“kepribadian”. 2) Temperament (Tabiat)
adalah kepribadian yang lebih
bergantung pada keadaan badaniah, atau kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologis atau fisiologis. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
tabiat adalah konstitusi kejiwaan.
Temperament
memiliki aspek yang meliputi: Motalitas (kegestian
atau kelincahan) ditentukan oleh otot,
tulang dan saraf perifer. Contoh: Orang bekerja
dan bereaksi dengan lincah dan gesit. Vitalitas (daya hidup) lebih ditentukan
keadaan hormonal dan saraf otonom. Contoh: Orang dengan vitalitas tinggi: baru bangun pagi sudah penuh gairah hidup dan
memiliki berbagai rencana. Orang yang mudah bosan, kurang
kreatif, dan kurang inovatif. Emosionalitas (daya rasa) lebih ditentukan keadaan neurohormonial dan saraf pusat. Contoh: Bila ada sesuatu yang menakutkan,
ada orang yang bereaksi segera dan spontan secara emosional. 3) Traits (Sifat)
ini berfungsi untuk menguntegrasikan kebiasaan, sikap dan ketrampilan kepada
pola-pola pikir, merasa dan bertindak. Traits dapat diartikan sebagai aspek
atau dimensi kepribadian yang terkait dengan
karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten (ajeg)
dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga kecenderungan
yang dipelajari untuk mereksi rangsangan dari lingkungan. Deskripsi di atas menggambarkan bahwa traits
merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk mengevaluasi
situasi dan mereaksi situasi dengan cara-cara tertentu.
2.3 Hubungan Karakter dan Kepribadian
Karakter dan kepribadian memiliki serangkaian
hubungan yang kompleks atau saling terikat satu sama lain yang dapat
diasumsikan dari definisi dan asesmen dari karakter dan kepribadian.
Hubungan-hubungan yang terkadung didalamnya bersipat satu kesatuan yang
didapatkan dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan yang digunakan
sebagai landasan berpikir dan bertindak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
karakter pada diri manusia sebagai pembentuk atau pendamping dari kepribadian
pada manusia. Pada (Tabel 2) memperlihatkan bahwa karakter dan kepribadian
bersipat satu kesatuan;
Terdapat banyak penjelasan dari para ahli mengenai
karakter dan kepribadian berikut Lickona menekankan
pentingnya tiga komponen karakter yang baik yang menjadi landasan hubungan
antara karakter dan kepribadian (components of good character)
yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral
action.
1. Moral Knowing (Pengetahuan Moral)
Moral knowing akan lebih mengisi pada ranah kognitif individu, yang memiliki aspek
yaitu:
·
Kesadaran Moral (moral awareness)
Aspek dalam kesadaran moral ini adalah pertama, menggunakan
pemikirannya untuk melihat suatu situasi yang memerlukan penilaian moral.
Sehingga kemudian dapat memikirkan dengan cermat tentang apa yang dimaksud
dengan arah tindakan yang benar. Kedua, memahami informasi
dari permasalahan yang bersangkutan. Jadi, dalam pengetahuan moral ini, harus
mebngetahui fakta yang sebenarnya mengenai suat hal yang bersangkutan sebelum
mengambil suatu penilaian moral.
·
Pengetauan Nilai Moral (knowing moral values)
Nilai-nilai moral diantaranya yaitu menghargai
kehidupan dan kemerdekaan, tanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran,
keadilan, toleransi, penghormatan, disiplin diri, integritas, kebaikan, belas
kasihan, dan dorongan atau dukungan. Jika seluruh nilai digabung, maka akan
menjadi warisan moral yang diturunkan dari satu generasi, ke generasi yang
berikutnya.
Mengetahui sebuah nilai berarti memahami bagaimana
caranya menerapkan nilai yang bersangkutan dalam berbagai macam situasi.
Pengetahuan moral ini membutuhkan “penerjemahan”, yang mana membantu setiap
individu menerjemahkan nilai-nilai abstrak dari seluruh nilai yang ada ke dalam
hubungan personal mereka.
·
Penentuan Perspektif/ sudut pandang (perspective taking)
Penentuan perspektif atau penentuan sudut pandang
ini merupakan kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain, melihat
situasi sebagaimana adanya, membayangkan bagaimana mereka akan berfikir,
bereaksi, dan merasakan masalah yang ada.
·
Pemikiran/logika Moral (moral reasoning)
Pemikiran moral mengikutsertakan pemahaman atas
prinsip moral klasik yaitu, “hormatilah hak hakiki intrinsik setiap individu”,
bertindaklah untuk mencapai kebaikan yang terbaik demi jumlah yang paling
besar”, dan “bertindaklah seolah-olah Anda akan membuat semua orang lain akan
melakukan hal yang sama di bawah situasi yang serupa”.
·
Pengambilan Keputusan (decision making)
Aspek komponen moral knowing ini
lebih kepada individu itu mampu memikirkan cara bertindak melalui permasalahan
moral pada situasi tertentu.
·
Pengtahuan Pribadi/ Pengenalan diri (self knowledge)
Pengetahuan tentang diri masing-masing sangat
diperlukan dalam pendidikan karakter. Menjadi orang yang bermoral memerlukan
keahlian untuk mengulas kelakuan dirinya sendiri dan mengevaluasi perilakunya
masing-masing secara kritis.
2. Moral Feeling (Perasaan Moral)
Komponen karakter ini merupakan komponen yang akan
mengisi dan menguatkan aspek afeksi individu agar menjadi manusia yang
berkarakter baik. Beberapa aspek komponen ini adalah:
·
Hati Nurani/ kesadaran akan jati diri (conscience)
Hati nurani memiliki empat sisi yaitu sisi
kognitif, mengetahui apa yang benar, dan sisi emosional, serta merasa
berkewajiban untuk melakukan apa yang benar. Banyak orang tahu apa yang benar, namun
merasakan sedikit kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut.
·
Harga Diri (self
esteem)
Berdasarkan penelitian, anak-anak dengan harga diri
yang tinggi lebih tahan terhadap tekanan teman sebayanya dan lebih mampu untuk
mengikuti penilaian mereka sendiri daripada anak-anak yang memiliki harga diri
yang rendah (Lickona, 2013:93).
·
Empati (empathy)
Perlunya empati yaitu merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain sehingga kita mampu keluar dari zona kita. Sebagai aspek dari
komponen karakter, empati harus dikembangkan secara generalisasi. Mempu melihat
di luar perbedaan dan menanggapi kemanusiaan bersama.
·
Mencintai Hal yang Baik/ Mencintai kebenaran (loving the good)
Ketika setiap individu mencintai hal-hal yang baik
atau mencintai kebenaran, maka setiap individu akan melakukan hal-hal yang
bermoral baik dan benar atas dasar keinginan, bukan hanya karena tugas.
·
Kendali Diri/ Pengendalian Diri (self control)
Kendali diri atau pengendalian diri sangat
diperlukan dalam pendidikan karakter. Emosi tinggi mampu membuat karakter baik
menjadi buruk ketika tidak ada pengendali diri. Dengan pengendalian diri, juga
dapat menahan segala hasrat dan keinginan negatif dalam diri.
·
Kerendahan Hati (humility)
Kerendahan hati merupakan keterbukaan yang sejati terhadap
kebenaran dan keinginan untuk bertindak guna memperbaiki kegagalan kita.
Kerendahan hati adalah sisi afektif pengetahuan pribadi.
3. Moral Action (Tindakan Moral)
Komponen tindakan ini merupakan hasil dari kedua
komponen karakter lainnya yaitu moral knowing dan moral
feeling. Aspek dari komponen tindakan moral atau moral action ini
yaitu:
·
Kompetensi (competence)
Aspek ini mampu mengubah
penilaian dan perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif. Untuk hal
ini, kita harus mampu merasakan dan melaksanakan rencana tindakan.
·
Keinginan (will)
Keinginan berada pada inti dorongan moral. Menjadi
orang yang baik memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakkan
energy moral untuk melakukan apa yang kita pikir harus dilakukan.
·
Kebiasaan (habit)
Kebiasaan yang baik melalui pengalaman yang
diulangi dalam apa yang dilakukan itu membantu, ramah, dan adil dapat menjadi
kebiasaan baik yang akan bermanfaat bagi dirinya ketika menghadapi situasi yang
berat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan karakter dan kepribadian manusia didasari
dari komponen pembentuk yang eksplist dan implisit pada diri manusia. Aspek
pada komponen-komponen pembentuk karaker memiliki peran dalam terbentuknya
kepribadian yang baik dikarenakan karakter dan kepribadian bersipat satu
kesatuan yang saling bekerjasama dan saling mendukung. Bentuk rincinya meliputi
Moral Knowing, Moral Felling dan Moral Action. Tiga komponen ini yang menjadi
ujung pangkal dari komponen-komponen karakter untuk bekerjasama dalam hubungan
terbentuknya kepribadian yang baik.
Karakter terbentuk akibat interaksi yang cukup lama
dengan seuatu hal atau konten interaksinya. Pada asesmen karakter cukup sulit
dianalisis dikarenakan sipatnya yang kompleks sehingga perlu keterlatihan dan
kehati-hatian dalam mendidik seseorang yang akan menuju pengembangan karakter
yang baik. Kemajuan teknologi juga tidak luput dari proses terbentuknya
karakter. Dewasa ini sering kita lihat bagaimana kelakuan remaja maupun siswa
dan mahasiwa karena efek kemajuan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
majunya teknologi juga berakibat terbentuknya karakter karena dengan mudahnya seseorang
mengakses sesuatu hal, baik dalam bentuk game, vidio dan lain sebagainya. Hal
itu menimbulkan karakter yang tidak baik jika digunakan dengan tidak cermat
karena interaksinya yang cukup lama dengan seseorang yang mengaksesnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. (2011). Revitalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Pidato
Pengukuhan Guru Besar sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pendidikan Dasar 7
pada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UM, Kamis 8 Juni 2019.
Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.
Bialik, M., Bogan, M., Fadel, C., & Horvathova. (2015). Character
Education for the 21st Century: What Should Students Learn? Boston,
Massachusetts: Center for Curriculum Redesign.
Lapsley, D. K. (2006). Character education. Handbook of child
psychology , 248-295.
Lickona, T. (2013). Educating for Character: ow Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara.
Pala, A. (2011). The Need for Character Education. International
Journal of Social Sciences and Humanity Studies , 3(2): 23-32.
Park, N., & Peterson, C. (2009). Strengths of character in schools. Handbook
of Positive Psychology in Schools , 65–76.
Singgih, & Dirgagunarsa, G. (1987). Pengantar Psikologi.
Jakarta: Gunung Mulia.
Sujanto, A. (2001). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Perkasa.
Sumadi. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.
Suryabrata, S. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali
Pers.
Yusuf, S. (2012). Teori kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar