KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Reduksi Oksidasi (Redoks)” ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai teori reaksi redoks,
jenis-jenis reaksinya, prinsip reaksi redoks, indikator redoks, dan aplikasi
analisis reaksi redoks dalam analisis obat dan bahan obat beserta contoh
obatnya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Menes, 16 Juni 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR
ISI..................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar
Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan...................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A.
Teori Reaksi Redoks................................................................................................ 2
B.
Jenis-jenis Reaksi Redoks........................................................................................ 3
C.
Permanganometri..................................................................................................... 4
D.
Serimetri.................................................................................................................. 5
E.
Kalium Iodat........................................................................................................... 7
BAB
III PENUTUP.......................................................................................................... 8
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8
B. Saran........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Reaksi redoks memiliki banyak manfaat dalam kehidupan
sehari-hari, baik yang merugikan maupun menguntungkan. Reaksi redoks yang
menguntungkan misalnya saja reaksi yang berlangsung dalam proses respirasi pada
tumbuhan. Dalam proses ini, karbohidrat dioksidasi menjadi karbondioksida dan
uap air dengan melepas energi, adapun contoh redoks yang merugikan, yaitu
korosi besi (besi berkarat). Korosi ini sangat merugikan karena merusak banyak
bangunan dan benda-benda yang terbuat dari besi.
Reaksi redoks memiliki aplikasi yang luas dalam bidang
industri. Misalnya prinsip reaksi redoks mendasari pembuatan baterai dan aki,
ekstrasi dan pemisahan logam dengan logam lain, seperti emas, perak, dan
kromium. Selain itu, reaksi redoks juga digunakan untuk membuat senyawa kimia,
seprti natrium hidroksida yang merupakan bahan baku dalam banyak kegiatan
industri. Oleh karena itu disusun makalah ini tentang reaksi reduksi oksidasi
(redoks) agar dapat mengetahui dan memahami reaksi redoks.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Teori
Reaksi Redoks
2. Apa Jenis-jenis
Reaksi Redoks
3. Bagaimana Permanganometri
4. Apa Serimetri
5. Apa Kalium
Iodat
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Teori Reaksi Redoks
2. Untuk
Mengetahui Jenis-jenis Reaksi Redoks
3. Untuk
Mengetahui Permanganometri
4. Untuk
Mengetahui Serimetri
5. Untuk
Mengetahui Kalium Iodat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Reaksi Redoks
Reaksi reduksi
oksidasi atau reaksi redoks berperan dalam banyak hal dalam kehidupa
sehari-hari. Reaksi redoks dapat berguna bagi pemekaran bahan bakar minyak
bumi, dan digunakan juga sebagai cairan pemutih. Selain itu, sebagai unsure
logam dan non logam diperoleh dari bijihnya melalui proses oksidasi atau
reduksi. (Chang, 2005).
Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (reduksi-oksidasi)
di mana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi
listrik atau di mana energy listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bias
terjadi. Dalam reaksi redoks, electron-elektron ditransfer dari satu zat ke zat
lain (Chang,2005).
Elektrolisis merupakan salah satu bagian dari elektrokimia.
Elektrolisis ialah proses di mana energy listrik digunakan untuk mendorong agar
reaksi redoks yang nonspontan bias terjadi. Hubungan kualitatif antara arus
yang dipasok dan produk yang terbentuk dirumuskan oleh Faraday. Elektrolisis
merupakan cara utama untuk memproduksi logam aktif serta nonlogam aktif dan
banyak lagi bahan kimia yang penting di industry (Chang, 2005)
Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana
reduktor adalah zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu
mereduksi zat lain dan zat yang dapat memberikan electron kepada zat lain
sedangkan oksidator adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan
oksidasi, zat yang mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron
dari zat lain (Keenan, 1986).
Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau
bukan redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan
oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami
perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan
pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan
reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya
oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan
dengan perubahan bilangan oksidasinya (Underwood,1998).
Batasan yang lebih umum dari reaksi oksidasi reduksi adalah
berdasarkan pemakaian bilangan oksidasi pada pemakaian bilangan oksidasi pada
atom karbon dengan cara memasukkan bilangan oksidasi pada keempat ikatannya.
Contohnya atom H yang berikatan dengan C mempunyai bilagan oksidasi 0, dan atom
C mempunyai bilangan oksidasi +1 jika berikatan tunggal pada heteroatom seperti
oksigen, nitrogen atau sulfur (Riswiyanto, 2009, hal: 108).
Potensial system redoks merupakan peubah yang paling khas
yang berubah selama berlangsungnya titrasi redoks. Karena itu, potensial yang
diukur dapat dibuat pada kertas grafik sebagai fungsi volume peniteryang
ditambahkan sehingga diperoleh kurva titrasi redoks. Sedangkan titrasi dapat
dengan persamaan ners, yaitu hubungan antara potensial elektroda baku kedua
pasangan redoks dan kesetimbangan massanya. Biasanya kurva teoritis ini
bersesuaian dengan kurva yang diperoleh dengan percobaan. Karena itu, kurva
teoritis ini sangat berguna untuk meramalkan ketelitian pengukuran, memilih
indicator dan memilih persyaratan titrasi yang bersesuaian (Rivai, 1995).
B.
Jenis-jenis
Reaksi Redoks
Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara
titran dan analit. Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar
logam atau senyawa yang bersifat sebagai oksidator atau reduktor. Aplikasi
dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan
menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium
dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan
menggunakan permanganate, penentuan besi(II) dengan serium(IV), dan sebagainya.
Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang
penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan
tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat
berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka
perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah.
Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya, diantaranya :
1. Titrasi Iodin (Iodometri dan Iodimetri)
Titrasi yang melibatkan iodium dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tak
langsung (iodomotri).
a. Titrasi langsung (iodimetri)
Iodimetri
merupakan Metode Titrasi redoks yang melibatkan iodin yang bereaksi secara langsung. Iodium merupakan oksidator yang
relative kuat dengan nilai potensial reaksi sebesar +0,535 V. Iodium akan
mereduksi senyawa – senyawa yang memilki potensial reduksi lebih kecil
dibandingkan dengan iodium. Pada reaksi oksidasi, iodium akan mengalami reduksi
menjadi iodida sesuai dengan reaksi:
I2 +
2e
2I-
larutan baku iodium dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif senyawa- senyawa yang mempunyai potensial oksidasi
lebih kecil dari pada sistem iodium-iodida sebagaimana persamaan di atas atau
dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang
cukup kuat seperti vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida, sulfit,
Stibium(III), timah(II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam
zat ini tergantung pada konsentrasi ion hydrogen, dan hanya dengan penyesuaian
pH dengan tepat yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara
kuantitatif.
Vitamin C mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi
langsung dengan iodium. Reaksi yang terjadi:
b. Titrasi tak langsung (iodometri)
Iodometri merupakan titrasi tidak
langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa- senyawa yang mempunyai
potensial oksidasi lebih besar daripada sistem iodium- iodida atau
senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO45H2O. Iodometri terjadi pada zat yang
bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan
mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin.
Sebagai contoh adalah penentuan
kandungan klorin (Cl2)
dalam agen pemutih. Klorin akan mengoksidasi iodide untuk menghasilkan iodium.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Cl2+2I- 2Cl- + I2
Selanjutnya iodium yang dibebaskan
dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat menurut reaksi:
2S2O32- + I2
S4O62- + 2I-
penyerapan iodium oleh senyawa –
senyawa penisilin masalah stabilitas yang utama dalam senyawa-senyawa penisilin
adalah hidrolisis cincin β-laktan sebagaimana ditunjukkan oleh gambar dibawah:
Jika cincin β-laktan terbuka
makaakan mengkonsumsi iodium. Tiap 1 mol cincin β-laktan yang terbuka akan bereaksi
dengan 8 ekivalen iodium, sementara cincin β-laktan yang utuh tidak akan
bereaksi dengan iodium, sementara cincin β-laktan yang utuh tidak akan bereaksi
dengan iodium. Dalam jenis titrasi ini , iodium berlebihan ditambahkan pada
sampel penisilin dan iodium sisa (yang tidak bereaksi) dititrasi kembali dengan
larutan baku natrium tiosulfat.
C.
Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku
tertentu.
Kalium permanganate adalah oksidator kuat. Reagen ini dapat
diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator terkecuali
untuk larutan yang amat encer. Satu tetes 0,1 N permanganate memberikan warna
merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam
sebuah titrasi. Warna ini digunakanuntuk mengindikasi kelebihan reagen
tersebut. Kelemahannya adalah dalam medium HCL. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga
larutannya, memiliki kestabilan yang terbatas.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah
reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifat asam, 0.1 N atau lebih
besar:
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan reaksi ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Sebagai contoh, permanganat
adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat unuk mengoksidasi Mn(II) menjadi
MnO2 , titik akhir permanganate tidak permanen dan warnanya dapat
hilang karena reaksi:
Ungu
Tidak berwarna
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat
dalam keadaan netral. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik
akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah
MnO2.
Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2 tidak diendapkan secara normal
pada titik akhir titrasi-titrasi permanganat.
Larutan-larutan permanganat yang bersifat asam tidak stabil
karena asam permanganate terdekomposisi dan air teroksidasi dengan persamaan:
Ini adalah sebuah reaksi lambat di dalam larutan-larutan
encer pada suhu ruangan. Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa,
ion Mn(II) dan MnO2.
Namun demikian, jangan pernah menambahkan permanganat berlebih ke dalam sebuah
unsur reduksi dan kemudian menaikkan suhu untuk mempercepat oksidasi, karena
reaksi yang nantinya muncul akan berlangsung dengan laju yang rendah.
Pembuatan larutan baku kalium permanganat harus dijaga
faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan
baku tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan
zat-zat yang mudah dioksidasi.
D.
Serimetri
Larutan serium(IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan
zat pengoksidasi yang kuat dan lebih stabil daripada larutan kalium
permanganat, dengan suatu syarat bahwa asam sulfat cukup mampu menghindari
hidrolisis dan pengendapan garam basanya. Kalau larutan kalium permanganate
dapat direduksi menjadi beberapa macam keadaan hasil reduksi, maka reduksi
larutan serium(III), menurut reaksi
Ce4+ +
e- Ce3+
Ion Ce(IV) dipergunakan dalam larutan-larutan dengan
keasaman tinggi karena hidrolisisa akan menghasilkan pengendapan pada
larutan-larutan dengan konsentrasi ion hydrogen yang rendah.potensial redoks
dari pasangan Ce(IV)/ Ce(III) tergantung pada sifat dan konsentrasi dari asam
yang ada.
Keuntungan serium (IV)sulfat sebagai suatu zat pengoksidasi
standar adalah :
1.
Larutan serium (IV)sulfat secara mencolok stabil selama dalam
jangka waktu yang lama .larutan ini tidak perlu dilindungi dari cahaya , dan
bahkan dapat didihkan selama waktu yang singkat tanpa perubahan yang berarti
dalam konsentrasi.
2. Serium(IV)sulfat dapat digunakan
dalam penetapan zat – zat pereduksi dengan adanya konsentrasi HCl yang tunggi.
3. Larutan – larutan serium (IV)sulfat
dalam larutan 0,1 N tidak terlalu berwarna untuk dapat mengaburkan penglihatan
ketika membaca miniskus dalam buret dan alat – alat titrimetri lainnya .
4. Dalam reaksi garam serium (IV)sulfat
dalam larutan asam dengan zat – zat pereduksi,perubahan valensi yang terjadi
adalah : Ce4++e-↔ Ce3+. Dengan demikian maka dianggap
bobot ekivalennya adalah 1 mol atau 1 Mr .
5. Ion serium (IV) tidak berwarna
(dibandingkan ion Mn (II) yang btidak berwarna dari KMnO4 , dan ion serium (III) yang
hijau dari kalium dikhromat).
6. Serium (IV)sulfat adalah zat
pengoksid yang serba guna . ia dapat digunakan dalam banyak titrasi yang sama
permangganat telah digunakan ,dan juga untuk penetapan - penetapan lainnya .
7. Larutan serium (IV) sulfat paling
baik distandarisasikan dengan arsen (III)oksida atau natrium oksalat .
Larutan serium(IV)sulfat dalam
larutan asam sulfat encer adalah stabil, bahkan pada temperature – temperature
didih .larutan dalam HCl dari garam ini tidak stabil , karena reduksi menjadi
Ce (III) oleh asam tersebut dengna dibarengi pembebasan klor. Reaksinya:
2Ce4++2Cl- ↔ 2Ce3++Cl2
Reaksi ini berlangsung benar – benar
cepat pada pendidihan , maka HCl tidak dapat digunakan dalam oksidasi –
oksidasi yang memerlukan pendidihan dengan serium(IV)sulfat berlebih dalam
larutan asam .asam sulfat harus digunakan dalam oksidasi demikian .adanya asam
fluoride membentuk suatu kompleks stabil dengan serium (IV) sulfat dan
menghilangkan warna dari larutan yang kuning itu .
E.
Kalium
Iodat
Larutan kalium iodat dibuat dengan
melarutkan sejumlah tertentu kalium iodat dalam air secukupnya. Kalium iodat
dapat diperoleh dalam keadaan murni dan bersifat stabil sehingga larutan ini
tidak perlu dibakukan kembali. Larutan baku kalium iodat tidak menggunakan
normalitasnya akan tetapi menggunakan molalitasnya karena normalitasnya
terdapat macam-macam,tergantung reaksinya. Dalam hal ini, maka reduksi kalium iodat
menjadi iodide tidak bisa seragam sebagaimana kalium bromate. Pada reaksi
berikut :
IO3- + 6H+ +6e I- +
3H2O
(I)
Maka 1 mol kalium iodat setara
denagn 6 elektron akibatnya valensinya adalah 6 sehingga 0,05 M sama dengan 0,3
N, akan tetapi jika digunakan kelebihan iodat maka yang terjadi pada reaksi (I)
akan terbentuk iodium, sehingga kelebihan iodat dan iodium dapat ditetapkan
secara iodometri. Reduksi iodat menjadi iodium dapat ditulis dengan reaksi
berikut:
2IO3- +12H+ +10e I2 +
6h2O
(II
Pada reaksi (II) ini maka 2
mol iodat setara dengan 10 elektron sehingga valensinya 5 akibatnya larutan
0,05 setara dengan 0,25 N. Reaksi ini tidak digunakan untuk penetapan yang
resmi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) di mana dalam reaksi ini
energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau di mana
energy listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bias terjadi. Jenis
reaksinya yaitu reaksi yang melibatkan permanganate, kalium kromat, kalium
iodat, dll. Aplikasi titrasi redoks iodimetri, iodometri, permanganometri menggunakan titrant kalium
permanganat untuk penentuan Fe2+ dan oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk
titran penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai
titrant untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium(IV) yang bisa dipakai
untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitrit.
B.
Saran
Sebaiknya dilakukan penjelasan materi agar lebih memahami
teori dan analisa tentang reaksi redoks.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Jilid 1.
Edisi 3 Erlangga : Jakarta
Day, R.A. and A.L. Underwood.
(2002). Analisis kimia
kuantitatif. Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga
Hamdani.2013. Jenis Indikator
Titrasi. Available Online at http://catatankimia.com/catatan/jenis-indikator-titrasi.html
Haeria,S.si. 2011. Praktikum Kimia Analisis. Uin
Alauddin Makassar: Makassar.
Khopkar. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik.
UIP: Jakarta
Prof. Dr.
Gholib Ibnu dan R.Abdul. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rivai, Haeeizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.
UIP: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar