MAKALAH
HAKIKAT FILSAFAT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas Mata Kuliah
“PENGANTAR FILSAFAT”
Dosen : Anas Nasrudin, M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok: 1
NURAZIZAH
ANI FITRIA
AJI SOPYAN
ANDRI YUDISTRIA
\
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BABUNNAJAH MENES-PANDEGLANG
TAHUN AJARAN
2021
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai
dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penyusun sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah in.
Menes, 13 November 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar
Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan............................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN......................................................................................... 1
A.
Pengertian hakikat filsafat ............................................................................ 2
B.
Cabang-cabang filsafat.................................................................................. 3
C.
Bidang kajian filsafat..................................................................................... 3
D.
Latar belakang timbulnya filsafat.................................................................. 6
E.
Tujuan filsafat................................................................................................ 8
F.
Manfaat filsafat............................................................................................. 8
BAB
III PENUTUP................................................................................................. 11
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 11
B. Saran............................................................................................................. 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar disebut
Filsafat. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika
bahasa.
Secara umum, mempelajari filsafat bertujuan untuk
mengendalikan manusia yang susila, bermoral, bermartabat, dan mempunyai etika
bahkan estetika yang baik. Secara khusus, filsafat mengajarkan bagaimana “cara
berpikir”. Berpikir secara sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran.filsafat
menekankan aspek akal (rasio) dalam menemukan kebenaran suatu kebenaran.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud pengertian hakikat
filsafat
2.
Bagaimana cabang-cabang
filsafat
3.
Apa bidang kajian filsafat\
4.
Bagaimana latar
belakang timbulnya filsafat
5.
Apa tujuan filsafat
6.
Apa manfaat filsafat
C.
Tujuan Penulisan
1
Untuk mengetahui pengertian hakikat
filsafat
2
Untuk mengetahui cabang-cabang
filsafat
3
Untuk mengetahui bidang kajian
filsafat
4
Untuk mengetahui latar
belakang timbulnya filsafat
5
Untuk mengetahui tujuan
filsafat
6
Untuk mengetahui manfaat
filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
hakikat Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata ‘’philos’’ dan ‘’sophia.philos artinya cinta yang sangat mendalam ,dan sophia artinya kearifan
atau kebijakan. Jadi,arti filsafat secara harfidah adalah cinta yang sangat
mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.Istilah filsafat sering dipergunakan
secara popular dalam kehidupan sehari-hari,baik secara sadar maupun tidak
sadar. Dalam penggunaan secara popular ,filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (masyarakat).Secara
popular misalnya kita sering mendengar :’’Saya tidak suka terhadap filsafat Anda tentang bisnis’’.’’Pancasila
merupakan satu-satunya falsafah hidup bangsa Indonesia’’. Henderson(1959
: 16) mengemukakan : ‘’Popularly
philosophy means one’s general view of life of men ,of ideals,and of values,in
the sense everyone has a philosophy of life’’.
Filsafat dapat dipelajari secara akademis, diartikan
sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya (radix) mengenai segala sesuatu yang
ada (wujud). ”philosophy means
the attempt to conceive and present inclusive and systematic view of universe
and man`s in it”. (Henderson, 1959:16).Demikian Henderson
mengatakan filsafat mencoba mengajukan suatu konsep tentang alam semesta secara
sistematis dan inklusif dimana manusia berada didalam nya. Oleh karena itu,
filosof lebih sering menggunakan intelegensi yang tinggi
dibandingkan dengan ahli sains dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya.
Filsafat dapat diartikan
juga sebagai “berpikir reflektif dan kritis” (reflektif and critical thinking). Namun, Randall dan Buchler
(1942) memberikan kritik terhadap pengertian tersebut, dengan mengemukakan
bahwa defenisi tersebut tidak memuaskan karena beberapa alasan, yaitu : 1)
tidak menunjukkan karakteristik yang berbeda antara berpikir filosofi dengan
fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2) para ilmuan juga berpikir reflektif
dan kritis, padahal anatara sains dan filsafat berbeda, 3) ahli hukum,ahli ekonomi,juga
ibu rumah tangga sewaktu-waktu berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka
bukan filosof atau ilmuan.
Pada bagian lain Harold Titus mengemukakan makna
filsafat, yaitu:
1. Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam
semesta;
2. Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan
penelitian penalaran;
3. Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah;
4. Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia
memiliki peran yang penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya.dalam
kegiatan ini manusia akan berusaha untuk mencapai kearifan dan
kebajikan.kearifan merupakan buah yang dihasilkan filsafat dari usaha mencapai
hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan,dan menentukan implikasinya baik
yang tersurat maupun tersirat dalam kehidupan.
Berfilsafat berarti berpikir,tetapi tidak semua
berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. berpikir yang dikategorikan
berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri, yaitu
radikal,sistematis,dan universal seperti dijelaskan oleh Sidi Gazalba
(1973:43):
Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar,yang
mengandung pengertian secara teliti dan teratur,sesuai dengan aturan dan
hukum-hukum berpikir yang
berlaku.
B.
Cabang-cabang
Filsafat
Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan
(The Mother Of Science),
sehingga ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan bidang studi yang
memiliki cakupan yang
sangat luas, sehingga diperlukan pembagian yang lebih kecil lagi.
Meskipun demikian, dalam hal pembagian
lapangan-lapangan atau cabang-cabang filsafat ini masing-masing tokoh memiliki
metode yang berbeda dalam melakukan penghimpunan terhadap lapangan-lapangan
pembicaraan kefilsafatan. Plato (dalam Susanto, 2014:19), misalnya membagi
lapangan filsafat ke dalam tiga macam bidang, yaitu dialektika, fisika, dan
etika.
Sedangkan menurut Aristoteles (dalam Susanto,
2014:19), pembagian filsafat itu digolongkan ke dalam empat cabang, yaitu
logika, filsafat teoritis, filsafat praktis dan filsafat poetika. Logika adalah
ilmu pendahuluan bagi filsafat, ilmu yang mendasari dalam memahami filsafat.
Filsafat teoritis atau filsafat nazariah di
dalamnya tercakup ilmu-ilmu lain yang sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu
matematika, dan ilmu metafisika. Bagi Aristoteles ilmu metafisika inilah yang
menjadi inti atau bagian yang paling utama dari filsafat.
Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Kattsoff (dalam
Susanto, 2014:20), menggolongkan cabang-cabang filsafat ini secara lebih
terperinci, sehingga pembagian cabang filsafat ini dapat dikategorikan ke dalam
urutan-urutan yang umum menjadi semakin menurun kepada yang lebih khusus.
Penggolongan lapangan-lapangan filsafat menurut Kattsoff ini menjadi
cabang-cabang filsafat sebagai berikut:
1.
Logika,
adalah ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari
suatu perangkat bahan tertentu. Logika terbagi ke dalam dua cabang utama,
yakni logika deduktif dan logik induktif. Logika deduktif berusaha
menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan yang berifat keharusan dari satu premis tertentu atau
lebih.
2.
Metodologi,
ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan, yakni ilmu pengetahuan atau
mata pelajaran tentang metode, dan khususnya metode ilmiah. Tetapi metodologi
dapat membahas metode-metode yang lain, misalnya metode-metode yang dipakai
dalam sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti observasi, hipotesis,
hukum, teori, susunan eksperimen, dan sebagainya.
3.
Metafisika,
yaitu hal-hal yang terdapat sesudah fisika, hal-hal yang terdapat di balik yang
tampak. Metafisika oleh
Aristioteles disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mengenai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada sebagai yang dijumlahkan. Kita dapat mendefinisikan Metafisika sebagai bagian
pengetahuan manusia yang berkaitan dengan pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam.
4.
Ontology dan Kosmologi. Ontology membicarakan
asas-asas yang rasional dari yang ada, sedangkan kosmologi membicarakan asasasas rasional dari yang ada dan
teratur. Ontology berusaha
megetahui esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk
mengetahui ketertiban serta susunannya.
5.
Epistimologi, ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan,
metode-metode dan sah nya pengetahuan. Terdapat dua pertanyaan berkaitan
dengan epistimologi.
6.
Biologi kefilsafatan, membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi. Biologi kefilsafatan mencoba
untuk menganalisis pengertian pengertian hakiki dalam biologi.
Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap
istilah-istilah biologi, melainkan juga terhadap metode metode serta
teori-teorinya.
7.
Psikologi kefilsafatan, memberikan pertanyaan-pertanyaan psikologi yang meliputi
apakah yang dimaksud dengan jiwa, nyawa, ego, akal, perasaan, dan kehendak.
Pertanyaan dapat dijelaskan oleh psikologi sebagai ilmu, namun psikologi
kefilsafatan membantu tingkat kehakikian dari penjelasan tersebut.
8.
Antropologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang manusia. Apakah
hakikat terdalam dari manusia itu?. Dsb.
9.
Sosiologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat
masyarakat serta hakikat Negara. Kita ingin mengetahui lembaga-lembaga yang
terdapat di dalam masyarakat, dan kita ingin menyelidiki hubungan antara
manusia dengan negaranya.
10. Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang
baik dan buruk. Cabang filsafat yang menyajikan dan memperbincangkan tentang
istilah-istilah seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan, dan sebagainya.
11. Estetika, adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi,
susunan, dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni. Estetika menggali jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan.
12. Filsafat agama, adalah cabang filsafat yang membicarakan jenis-jenis
pertanyaan berbeda mengenai agama. Filsafat
agama tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi
mau tidak mau harus menaruh perhatian kepada makna istilah-istilah yang
dipergunakan, ketentuan diantara kepercayaan-kepercayaan, bahanbahan bukti
kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama dengan
kepercayaan-kepercayaan yang lain.[4]
C.
Bidang
Kajian Filsafat
Filsafat merupakan telaahan yang ingin menjawab
berbagai persoalan secara mendalam tentang hakikat sesuatu, atau dengan kata
lain filsafat adalah usaha untuk mengetahui sesuatu. Kegiatan penelaahan,
penalaran, atau argumentasi secara mendasar tentang masalah-masalah tertentu
disebut ber-filsafat, dan pendalamannya ditekankan pada bidang yang lebih
diminati dari pada masalah-masalah lain. Secara umum bidang kajian filsafat
cukup luas dan meliputi berbagai jenis bidang kajian.
Menurut Titus (dalam Poedjiadi, 1987:4), cabang-cabang
tradisional yang dibahas dalam filsafat meliputi logika, metafisika,
epistimologi, dan etika. Sedangkan menurut Arifin (2003:16), ruang lingkup
kajian filsafat meliputi bidang-bidang sebagai berikut:
1.
Kosmologi,
yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta,
ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses
kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.
2.
Ontology,
yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke
arah mana proses kejadiannya.
3.
Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan bagaimana
hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang berkehendak manusia, dan
sebagainya.\
4.
Epistimologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber
pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliranrasionalisme),
dari pengalaman panca indera (aliran empirisme), dari ide-ide (aliran
idealism), atau dari Tuhan (aliran teologisme), termasuk juga pemikiran tentang
validitas pengetahuan manusia, artinya sampai dimana kebenaran pengetahuan
kita.
5.
Aksiologi,
yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai,termasuk nilai-nilai tinggi
dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika).
Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau haigher values of life (nilai-nilai
kehidupan yang bertaraf tinggi).
Menurut Suriasumantri (2003:33), secara garis besar
filsafat memiliki tiga bidang kajian utama yaitu ontology, epistimologi,
dan aksiologi. Pertama ontology, ontology berasal dari bahasa
Yunani “ontos” yang berarti “yang ada” dan “logos” yang berarti “penyelidikan tentang”.
Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang filsafat yang
terdiri atas:
a. Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat
hakikat atau ontologi, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan
filsafat ketuhanan atau teodyce.
b. Teori pengetahuan, yang mempersoalkan: hakikat
pengetahuan, dari mana asal dan sumber pengetahuan, bagaimana membentuk
pengetahuna yang tepat dan benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar,
mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apakah dapat diketahui
manusia serta sampai di mana pengetahuan manusia.
c. Filsafat nilai, yang membicarakan: hakikat nilai,
dimana letak nilai, apakah pada bendanya atau atau pada perbuatannya atau
manusia yang menilainya, mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang
dengan orang lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan
waktu membawa perbedaan penilaian.
Jadi, ontology membicarakan
asas-asas rasional dari “yang ada”,
berusaha untuk mengetahui (“penyelidikan
tentang”) esensi yang terdalam dari “yang ada”. Ontology sering
kali disebut sebagai teori hakikat yang membicarakan pengetahuan itu sendiri.
Sementara Langeveld (dalam Susanto, 2014:27), menamai ontology ini dengan teori
tentang keadaan. Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, kebenaran sebenarnya
sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu dan bukan keadaan
yang berubah.
Bagaimana cara kita mengetahui bila kita mempunyai
pengetahuan? Bagaimana cara kita membedakan antara pengetahuan dengan
pendapat?. Epistimologi ini
terbagi atas aliran, yaitu empirisme, rasionalisme, dan intuisionisme.
Ketiga, aksiologi. Aksiologi adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan. Nama lain dari bidang kajian aksiologi ini adalah disebut
dengan teori nilai. Teori nilai ini membahas mengenai kegunaan atau manfaat
pengetahuan.
Untuk menggunakan kegunaan filsafat, kita dapat melihatnya
dari tiga hal:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori
2. Filsafat sebagai pandangan hidup, dan
3. Filsafat sebagai metode pemecahan masalah.
D.
Latar
Belakang Timbulnya Filsafat
1. Heran, kagum, dan takjub
terhadap alam semesta dan peristiwa peristiwanya.
` Pertama-tama bangsa Yunani dalam menghadapi alam
semesta beserta peristiwanya itu, yang muncul dari rasa heran, kagum dan takjub
adalah percaya adanya mitologi. Karena mitologi mitologi itu merupakan
percobaan untuk mengerti. Mite mite sudah memberi jawaban atas kekaguman
dan keheranan manusia pada waktu itu. Kemudian mereka mulai mengadakan beberapa
usaha, seperti mensistematiskan mite, menghubung hubungkan antara mite mite,
dll. Akirnya mereka mulai berpikir secara serius dan muncullah filsafat.
2. Timbulnya kesusastraan
Yunani.
Kesusastraan dimaksud bukanlah dalam arti sempit, seperti
puisi atau sebangsanya, melainkan dalam arti yang seluas luasnya, sehingga
dapat meliputi seperti, teka teki, dongeng, ceritera pendek, syair, dll.
Kemudian karya sastra seperti inilah yang mulai dipakai sebagai semacam
buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Contoh, yaitu syair syair dapat
berperan sebagai pendidikan, hal ini bisa dibandingkan di Jawa atau Bali seperti
wayang dan semacamnya.
3. Pengaruh ilmu pengetahuan
yang sudah terdapat di Timur Kuno.
Hal ini dipahami dari datangnya ilmu ukur dan ilmu hitung
yang sebagian besar datang dari Mesir. Ilmu ini di Mesir digunakan untuk
mengukur dan menghitung wilayahnya yang terkikis sungai Nil. Tetapi bagi bangsa
Yunani, ilmu pengetahuan itu tidak dijalankan dalam konteks praktis saja.
Mereka mulai mempelajarinya dengan tidak mencari untung (Inggris: disinterestedly) saja, melainkan
dipraktekan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi untung yang letaknya
di luar ilmu pengetahuan.
E.
Tujuan
Filsafat
1.
Filsafat
ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki
sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri
dari sikap solipsistik, menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.
2.
Filsafat
ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah
menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan struktur ilmu
pengetahuan itu sendiri.
3.
Filsafat
ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar
dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
4.
Mendalami
unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber,
hakekat, dan tujuan ilmu.
5.
Memahami
sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
6.
Menjadi
pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.\
7.
Mendorong
pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
8.
Mempertegas
bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
9.
Memahami
dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat
yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu
berupa tanggung jawab dan implikasi etis.
F.
Manfaat
Filsafat
Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
1.
Menyadarkan
seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni
hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkannya dengan
kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyaris
tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi
filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang
ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan.
2.
Mengembangkan
ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui
paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual
keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.
3.
Mengembangkan
ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui
paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan
intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
4.
Mengembangkan
ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma
aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta
mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab.
5.
Menambah
pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit
dan tertutup.\
6.
Menjadikan
diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.
7.
Menyadari
akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan
orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
8.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan
manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat
untuk membuat hidup menjadi lebih baik
9.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita
sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita
mengalami dan menyadari keberadaan kita.
10. Filsafat ilmu memberikan
kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari makalah di atas kelompok IV dapat menyimpulkan bahwa:
1. Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar,yang
mengandung pengertian secara teliti dan teratur,sesuai dengan aturan dan
hukum-hukum berpikir yang berlaku.
2. Pembagian cabang-cabang filsafat ini masing-masing
tokoh memiliki metode yang berbeda dalam melakukan penghimpunan terhadap
lapangan-lapangan pembicaraan kefilsafatan
3. Secara umum bidang kajian filsafat cukup luas dan
meliputi berbagai jenis bidang kajian.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna
DAFTAR
PUSTAKA
Gazalba, Sidi, 1978. Asas Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Poedjiadi, A. 1987. Sejarah dan Filsafat Sains. Jakarta:
Debdikbud.
Susanto, A. 2014. Filsafat Ilmu : Suatu Kajian dalam
Ontologis, Epistimologis,
dan Aksiologis.
Jakarta: Bumi Aksara.
Titus, Harold. 1959. Living Issues in Philosophy. New
York: American Book
Tidak ada komentar:
Posting Komentar