Sabtu, 25 Desember 2021

makalah hakikat filsafat lengkap

 

MAKALAH

HAKIKAT FILSAFAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

PENGANTAR FILSAFAT

Dosen : Anas Nasrudin, M.Si


 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Disusun Oleh :

Kelompok: 1

*      NURAZIZAH

*      ANI FITRIA

*      AJI SOPYAN

*      ANDRI YUDISTRIA

\

 

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BABUNNAJAH MENES-PANDEGLANG

TAHUN AJARAN

2021

 


KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penyusun sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah in.

 

 

Menes, 13 November 2021

 

 

Penyusun


 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A.     Latar Belakang................................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

C.     Tujuan Penulisan............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 1

A.     Pengertian hakikat filsafat  ............................................................................ 2

B.     Cabang-cabang filsafat.................................................................................. 3

C.     Bidang kajian filsafat..................................................................................... 3

D.     Latar belakang timbulnya filsafat.................................................................. 6

E.      Tujuan filsafat................................................................................................ 8

F.      Manfaat filsafat............................................................................................. 8

BAB III PENUTUP................................................................................................. 11

A.     Kesimpulan.................................................................................................... 11

B.     Saran............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

 


 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

      Studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar disebut Filsafat. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

      Secara umum, mempelajari filsafat bertujuan untuk mengendalikan manusia yang susila, bermoral, bermartabat, dan mempunyai etika bahkan estetika yang baik. Secara khusus, filsafat mengajarkan bagaimana “cara berpikir”. Berpikir secara sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran.filsafat menekankan aspek akal (rasio) dalam menemukan kebenaran suatu kebenaran.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud pengertian hakikat filsafat 

2.      Bagaimana cabang-cabang filsafat

3.      Apa bidang kajian filsafat\

4.      Bagaimana latar belakang timbulnya filsafat

5.      Apa tujuan filsafat

6.      Apa manfaat filsafat

 

C.    Tujuan Penulisan

1        Untuk mengetahui pengertian hakikat filsafat  

2        Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat

3        Untuk mengetahui bidang kajian filsafat

4        Untuk mengetahui latar belakang timbulnya filsafat

5        Untuk mengetahui tujuan filsafat

6        Untuk mengetahui manfaat filsafat

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian hakikat Filsafat  

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata ‘’philos’’ dan ‘’sophia.philos artinya cinta yang sangat mendalam ,dan sophia  artinya kearifan atau kebijakan. Jadi,arti filsafat secara harfidah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.Istilah filsafat sering dipergunakan secara popular dalam kehidupan sehari-hari,baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan secara popular ,filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (masyarakat).Secara popular misalnya kita sering mendengar :’’Saya tidak suka terhadap filsafat Anda tentang bisnis’’.’’Pancasila merupakan satu-satunya falsafah hidup bangsa Indonesia’’. Henderson(1959 : 16) mengemukakan : ‘’Popularly philosophy means one’s general view of life of men ,of ideals,and of values,in the sense everyone has a philosophy of life’’.

Filsafat dapat dipelajari secara akademis, diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya (radix) mengenai segala sesuatu yang ada (wujud). ”philosophy means the attempt to conceive and present inclusive and systematic view of universe and man`s in it”. (Henderson, 1959:16).Demikian Henderson mengatakan filsafat mencoba mengajukan suatu konsep tentang alam semesta secara sistematis dan inklusif dimana manusia berada didalam nya. Oleh karena itu, filosof  lebih sering menggunakan intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan ahli sains dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya.

Filsafat dapat diartikan juga sebagai “berpikir reflektif dan kritis” (reflektif and critical thinking). Namun, Randall dan Buchler (1942) memberikan kritik terhadap pengertian tersebut, dengan mengemukakan bahwa defenisi tersebut tidak memuaskan karena beberapa alasan, yaitu : 1) tidak menunjukkan karakteristik yang berbeda antara berpikir filosofi dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2) para ilmuan juga berpikir reflektif dan kritis, padahal anatara sains dan filsafat berbeda, 3) ahli hukum,ahli ekonomi,juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka bukan filosof atau ilmuan.

Pada bagian lain Harold Titus mengemukakan makna filsafat, yaitu:

1.      Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta;

2.      Filsafat adalah suatu metode berpikir reflektif dan penelitian penalaran;

3.      Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah;

4.      Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.

Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia memiliki peran yang penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya.dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk mencapai kearifan dan kebajikan.kearifan merupakan buah yang dihasilkan filsafat dari usaha mencapai hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan,dan menentukan implikasinya baik yang tersurat maupun tersirat dalam kehidupan.

Berfilsafat berarti berpikir,tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. berpikir yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri, yaitu radikal,sistematis,dan universal seperti dijelaskan oleh Sidi Gazalba (1973:43):

Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar,yang mengandung pengertian secara teliti dan teratur,sesuai dengan aturan dan hukum-hukum berpikir yang berlaku.          

 

B.     Cabang-cabang Filsafat

      Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan (The Mother Of Science), sehingga ilmu-ilmu yang lain merupakan anak dari filsafat itu sendiri. Filsafat merupakan bidang studi yang memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga diperlukan pembagian yang lebih kecil lagi.

Meskipun demikian, dalam hal pembagian lapangan-lapangan atau cabang-cabang filsafat ini masing-masing tokoh memiliki metode yang berbeda dalam melakukan penghimpunan terhadap lapangan-lapangan pembicaraan kefilsafatan. Plato (dalam Susanto, 2014:19), misalnya membagi lapangan filsafat ke dalam tiga macam bidang, yaitu dialektika, fisika, dan etika.

Sedangkan menurut Aristoteles (dalam Susanto, 2014:19), pembagian filsafat itu digolongkan ke dalam empat cabang, yaitu logika, filsafat teoritis, filsafat praktis dan filsafat poetika. Logika adalah ilmu pendahuluan bagi filsafat, ilmu yang mendasari dalam memahami filsafat. Filsafat teoritis atau filsafat nazariah di dalamnya tercakup ilmu-ilmu lain yang sangat penting seperti ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu metafisika. Bagi Aristoteles ilmu metafisika inilah yang menjadi inti atau bagian yang paling utama dari filsafat.

Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, Kattsoff (dalam Susanto, 2014:20), menggolongkan cabang-cabang filsafat ini secara lebih terperinci, sehingga pembagian cabang filsafat ini dapat dikategorikan ke dalam urutan-urutan yang umum menjadi semakin menurun kepada yang lebih khusus. Penggolongan lapangan-lapangan filsafat menurut Kattsoff ini menjadi cabang-cabang filsafat sebagai berikut:

1.      Logika, adalah ilmu yang membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu. Logika terbagi ke dalam dua cabang utama, yakni logika deduktif dan logik induktifLogika deduktif berusaha menemukan aturan-aturan yang dapat dipergunakan untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan yang berifat keharusan dari satu premis tertentu atau lebih.

2.      Metodologi, ialah sebagaimana yang ditunjukkan oleh pernyataan, yakni ilmu pengetahuan atau mata pelajaran tentang metode, dan khususnya metode ilmiah. Tetapi metodologi dapat membahas metode-metode yang lain, misalnya metode-metode yang dipakai dalam sejarah. Metodologi membicarakan hal-hal seperti observasi, hipotesis, hukum, teori, susunan eksperimen, dan sebagainya.

3.      Metafisika, yaitu hal-hal yang terdapat sesudah fisika, hal-hal yang terdapat di balik yang tampak. Metafisika oleh Aristioteles disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mengenai yang ada sebagai yang ada, yang dilawankan dengan yang ada sebagai yang digerakkan atau yang ada sebagai yang dijumlahkan. Kita dapat mendefinisikan Metafisika sebagai bagian pengetahuan manusia yang berkaitan dengan pertanyaan mengenai hakikat yang ada yang terdalam.

4.      Ontology dan KosmologiOntology membicarakan asas-asas yang rasional dari yang ada, sedangkan kosmologi membicarakan asasasas rasional dari yang ada dan teratur. Ontology berusaha megetahui esensi yang terdalam dari yang ada, sedangkan kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertiban serta susunannya.

5.      Epistimologi, ialah cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sah nya pengetahuan. Terdapat dua pertanyaan berkaitan dengan epistimologi.

6.      Biologi kefilsafatan, membicarakan persoalan-persoalan mengenai biologi. Biologi kefilsafatan mencoba untuk menganalisis pengertian pengertian hakiki dalam biologi.

Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap istilah-istilah biologi, melainkan juga terhadap metode metode serta teori-teorinya.

7.      Psikologi kefilsafatan, memberikan pertanyaan-pertanyaan psikologi yang meliputi apakah yang dimaksud dengan jiwa, nyawa, ego, akal, perasaan, dan kehendak. Pertanyaan dapat dijelaskan oleh psikologi sebagai ilmu, namun psikologi kefilsafatan membantu tingkat kehakikian dari penjelasan tersebut.

8.      Antropologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang manusia. Apakah hakikat terdalam dari manusia itu?. Dsb.

9.      Sosiologi kefilsafatan, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat masyarakat serta hakikat Negara. Kita ingin mengetahui lembaga-lembaga yang terdapat di dalam masyarakat, dan kita ingin menyelidiki hubungan antara manusia dengan negaranya.

10.  Etika, adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang baik dan buruk. Cabang filsafat yang menyajikan dan memperbincangkan tentang istilah-istilah seperti baik, buruk, kebajikan, kejahatan, dan sebagainya.

11.  Estetika, adalah cabang filsafat yang membicarakan definisi, susunan, dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni. Estetika menggali jawaban dari pertanyaan-pertanyaan.

12.  Filsafat agama, adalah cabang filsafat yang membicarakan jenis-jenis pertanyaan berbeda mengenai agama. Filsafat agama tidak berkepentingan mengenai apa yang orang percayai, tetapi mau tidak mau harus menaruh perhatian kepada makna istilah-istilah yang dipergunakan, ketentuan diantara kepercayaan-kepercayaan, bahanbahan bukti kepercayaan, dan hubungan antara kepercayaan agama dengan kepercayaan-kepercayaan yang lain.[4]

 

C.    Bidang Kajian Filsafat

      Filsafat merupakan telaahan yang ingin menjawab berbagai persoalan secara mendalam tentang hakikat sesuatu, atau dengan kata lain filsafat adalah usaha untuk mengetahui sesuatu. Kegiatan penelaahan, penalaran, atau argumentasi secara mendasar tentang masalah-masalah tertentu disebut ber-filsafat, dan pendalamannya ditekankan pada bidang yang lebih diminati dari pada masalah-masalah lain. Secara umum bidang kajian filsafat cukup luas dan meliputi berbagai jenis bidang kajian.

Menurut Titus (dalam Poedjiadi, 1987:4), cabang-cabang tradisional yang dibahas dalam filsafat meliputi logika, metafisika, epistimologi, dan etika. Sedangkan menurut Arifin (2003:16), ruang lingkup kajian filsafat meliputi bidang-bidang sebagai berikut:

1.     Kosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata dan sebagainya.

2.     Ontology, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya.

3.     Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana tentang berkehendak manusia, dan sebagainya.\

4.     Epistimologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal pikiran (aliranrasionalisme), dari pengalaman panca indera (aliran empirisme), dari ide-ide (aliran idealism), atau dari Tuhan (aliran teologisme), termasuk juga pemikiran tentang validitas pengetahuan manusia, artinya sampai dimana kebenaran pengetahuan kita.

5.     Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah-masalah nilai,termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau haigher values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf tinggi).

      Menurut Suriasumantri (2003:33), secara garis besar filsafat memiliki tiga bidang kajian utama yaitu ontologyepistimologi, dan aksiologiPertama ontologyontology berasal dari bahasa Yunani “ontos” yang berarti “yang ada” dan “logos” yang berarti “penyelidikan tentang”.

Sidi Gazalba (1973) mengemukakan bidang filsafat yang terdiri atas:

a.       Metafisika, dengan pokok-pokok masalah: filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.

b.      Teori pengetahuan, yang mempersoalkan: hakikat pengetahuan, dari mana asal dan sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuna yang tepat dan benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apakah dapat diketahui manusia serta sampai di mana pengetahuan manusia.

c.       Filsafat nilai, yang membicarakan: hakikat nilai, dimana letak nilai, apakah pada bendanya atau atau pada perbuatannya atau manusia yang menilainya, mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian.

Jadi, ontology membicarakan asas-asas rasional dari “yang ada”, berusaha untuk mengetahui (“penyelidikan tentang”) esensi yang terdalam dari “yang ada”. Ontology sering kali disebut sebagai teori hakikat yang membicarakan pengetahuan itu sendiri. Sementara Langeveld (dalam Susanto, 2014:27), menamai ontology ini dengan teori tentang keadaan. Hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, kebenaran sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu dan bukan keadaan yang berubah.

Bagaimana cara kita mengetahui bila kita mempunyai pengetahuan? Bagaimana cara kita membedakan antara pengetahuan dengan pendapat?. Epistimologi ini terbagi atas aliran, yaitu empirismerasionalisme, dan intuisionisme.

Ketiga, aksiologiAksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Nama lain dari bidang kajian aksiologi ini adalah disebut dengan teori nilai. Teori nilai ini membahas mengenai kegunaan atau manfaat pengetahuan.

Untuk menggunakan kegunaan filsafat, kita dapat melihatnya dari tiga hal:

1.      Filsafat sebagai kumpulan teori

2.      Filsafat sebagai pandangan hidup, dan

3.      Filsafat sebagai metode pemecahan masalah.

D.    Latar Belakang Timbulnya Filsafat

1.      Heran, kagum, dan takjub terhadap alam semesta dan peristiwa peristiwanya. 

`           Pertama-tama bangsa Yunani dalam menghadapi alam semesta beserta peristiwanya itu, yang muncul dari rasa heran, kagum dan takjub adalah percaya adanya mitologi.  Karena mitologi mitologi itu merupakan percobaan untuk mengerti.  Mite mite sudah memberi jawaban atas kekaguman dan keheranan manusia pada waktu itu. Kemudian mereka mulai mengadakan beberapa usaha, seperti mensistematiskan mite, menghubung hubungkan antara mite mite, dll. Akirnya mereka mulai berpikir secara serius dan muncullah filsafat.

2.      Timbulnya kesusastraan Yunani.

Kesusastraan dimaksud bukanlah dalam arti sempit, seperti puisi atau sebangsanya, melainkan dalam arti yang seluas luasnya, sehingga dapat meliputi seperti, teka teki, dongeng, ceritera pendek, syair, dll.  Kemudian karya sastra seperti inilah yang mulai dipakai sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.  Contoh, yaitu syair syair dapat berperan sebagai  pendidikan, hal ini bisa dibandingkan di Jawa atau Bali seperti wayang dan semacamnya.

3.      Pengaruh ilmu pengetahuan yang sudah terdapat di Timur Kuno.

Hal ini dipahami dari datangnya ilmu ukur dan ilmu hitung yang sebagian besar datang dari Mesir. Ilmu ini di Mesir digunakan untuk mengukur dan menghitung wilayahnya yang terkikis sungai Nil. Tetapi bagi bangsa Yunani, ilmu pengetahuan itu tidak dijalankan dalam konteks praktis saja. Mereka mulai mempelajarinya dengan tidak mencari untung (Inggris: disinterestedly) saja, melainkan dipraktekan demi ilmu pengetahuan itu sendiri, bukan demi untung yang letaknya di luar ilmu pengetahuan.

 

E.     Tujuan Filsafat

1.      Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik, menganggap bahwa hanya pendapatnya yang paling benar.

2.      Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah  tanpa memperhatikan struktur ilmu pengetahuan itu sendiri.

3.      Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.

4.      Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.

5.      Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.

6.      Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.\

7.      Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya.

8.      Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.

9.      Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis.

 

F.     Manfaat Filsafat

Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :

1.      Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir “menara gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya  tanpa mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap aktivitas keilmuwan nyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu pengetahuan.

2.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme segala ilmu.

3.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.

4.      Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi. Melalui paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung jawab.

5.      Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan bersikap sempit dan tertutup.\

6.      Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem.

7.      Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam hubungannya dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.

8.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik

9.      Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita.

10.  Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

 


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Dari makalah di atas kelompok IV dapat menyimpulkan bahwa:

1.      Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar,yang mengandung pengertian secara teliti dan teratur,sesuai dengan aturan dan hukum-hukum berpikir yang berlaku.

2.      Pembagian cabang-cabang filsafat ini masing-masing tokoh memiliki metode yang berbeda dalam melakukan penghimpunan terhadap lapangan-lapangan pembicaraan kefilsafatan

3.      Secara umum bidang kajian filsafat cukup luas dan meliputi berbagai jenis bidang kajian.

 

B.   Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Gazalba, Sidi, 1978. Asas Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Poedjiadi, A. 1987. Sejarah dan Filsafat Sains. Jakarta: Debdikbud.

Susanto, A. 2014. Filsafat Ilmu : Suatu Kajian dalam Ontologis, Epistimologis, dan          Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

Titus, Harold. 1959. Living Issues in Philosophy. New York: American Book